Archive for March 2013

Indoslackline di PS: Magz

Pagi itu aku mendapat email dari berupa list pertanyaan seputar slackline yang masuk ke dalam inbox-ku. Dan sebulan kemudian, aku mendapati artikel tentang Aku, Goz, Bagus, dan Indoslackline di sebuah majalah Fashion!

Sunday Morning Practicing


Yeah. Slackline pertamaku datang hari ini. Walaupun sempat tertahan di bandara karena cukai dan bea import, tetapi akhirnya sampai juga di Purwokerto. Rookie line hijau aku dapat dari Elephant Slacklines singapore.

Tanjung Layar Waterlining

Untuk kesekian kali, Aku, Bagus dan Goz bepergian bersama. Kali ini Cimaja yang dikenal sebagai surga para peselancar menjadi tujuan kami.

Top Rope Pacitan

Kali ini aku mengingat masa-masa SMA dulu, di saat aku baru mengenal panjat tebing. Walaupun aku berkenalan dengan panjat dinding sejak akhir SMP, tetapi aku benar-benar merasakan sensasi memanjat tebing alam saat kelas dua SMA. Tampaknya saat ini aku pantas untuk "kelihatan bodoh". Bagaimana tidak, saat aku pertama kali menaklukkan tebing alam - saat itu di Tebing Putih Kebumen - aku melakukannya dengan top rope. Teknik yang sama dengan beberapa anak kecil seumuran 12-13 tahun yang sedang bersamaku saat ini.

Highline Pantai Siung (Part 2)

Hingga akhir sore hari, kami melanjutkan misi di atas tali yang telah gagal untuk "onsight". Aku dan Yusak kembali menjajal keseimbangan kami. Yusak masih saja gagal dan untuk pertama kalinya aku langsung berhasil. Mungkin karena faktor pemanasan. Usaha sebelumnya, aku baru bangun dan langsung tergesa-gesa untuk memanjat setelah rigging selesai dipasang. Sedangkan kali ini, aku telah mencapai kondisi badan dan kesadaran penuh. Keberhasilan pertama cukup membuatku percaya diri dan lebih fokus meniti tali mengingat di sebelah utara kami banyak pengunjung yang penasaran dengan aksi kami.

Highline Pantai Siung (Part 1)


Ini merupakan pengalaman pertamaku saat melakukan highlining dan mungkin bisa dibilang highline di tebing pertama di Indonesia.

Apa yang akan aku ceritakan kepada kalian mungkin merupakan salah satu pengalaman yang membuatku bangga, tetapi di sisi lain aku menyadari bahwa itu adalah sebuah kecerobohan yang bida berujung pada akhir hidupku. Dan kepada kalian yang akan mencoba highlining, JANGAN sekali-kali melakukan aksi highlining tanpa back up! Dan tentunya, gunakan weebing 1 inchi serta standar keselamatan yang memadai.

Highline Serayu (Part 2)


Saat masih sekolah, aku bukan type anak rajin yang selalu mengerjakan tugas. Walaupun sering diingatkan orang tuaku untuk belajar dan mengerjakan tugas, terkadang aku berbohong agar tidak mengerjakan tugas dan lebih senang meluangkan waktu untuk bermain di luar.

Efekknya akan terasa saat jam pelajarannya tiba. Saat aku menyadari bahwa aku tidak mengerjakan tugas, aku sadar bahwa aku akan mendapat hukuman dari guruku. Tak ada tempat untuk bersembunyi dan melarikan diri. Dan seketika itu, perasaan gugup, takut, dan cemas selalu berhasil memancing keringat dinginku keluar. Perasaan itu selalu sama walaupun terjadi berulang-ulang karena seringnya tidak mengerjakan tugas.

Highline Serayu (Part 1)


Slackline mungkin belum sepopuler panjat tebing, skateboard, BMX, atau olahraga ekstrim lain. Tak hanya itu, dibutuhkan "spot" dengan kriteria tertentu untuk bisa bermain slackline. Saat bermain di taman kota yang tersedia banyak pohon untuk anchor point, mungkin hal itu tidak menjadi masalah. Namun jika kita berada di kota dan hanya sedikit pilihan spot yang tersedia, maka hal itu baru merupakan salah satu kendala. Dan untuk mendapatkan ijin agar dapat menggunakan spot itu adalah kendala lain yang jauh lebih besar.

Pantai Siung, Surga Pemanjat Tebing


Pantai Siung, Surga Pemanjat Tebing

Selamat datang di Daerah Istimewa Jogjakarta, satu-satunya wilayah di Indonesia yang masih menganut sistem kerajaan. Tak seperti kultur adat yang berkembang lambat, tradisi panjat tebing Indonesia justru berevolusi dengan pesat di Jogjakarta. Inilah potret sebenarnya tentang panjat tebing alam Indonesia.

Tentang Indoslackline

Cukup lama bagi kami (Aku, Bagus, dan Goz) untuk mencari nama yang cocok untuk komunitas yang akan kami bentuk dengan tujuan memperkenalkan slackline. Akhirnya pilihan nama jatuh pada "Indoslackline". Bagi kami, nama itu cukup simpel, mudah diingat, dan cukup mewakili nama Indonesia. Sayangnya kami mendapati nama tersebut telah digunakan oleh seseorang di Facebook.

Manusia Gua. Ya, Kita.


Saat ini, hasil pencarian di google dengan keyword "slackline" akan menghasilkan angka 4,190,000 laman. Sedangkan jika kita menggunakan keyword "slackline Indonesia", jumlahnya hanya 94,700.

Hal ini sangat mengejutkan,mengingat Indonesia menempati urutan keempat dari populasi dunia, kurang mengenal mengenai apa itu slackline. Coba tanyakan pada orang-orang di sekitarmu, berapa orang yang mengetahui apa itu slackline. Atau jangan-jangan kamu sendiri tidak mengetahui apa itu slackline.

Jika kita melihat jauh ke belakang tentang sejarah perkembangan slackline, cukup mengejutkan jika slackline baru dikenal di Indonesia dua tiga tahun belakangan. Sedangkan aku sendiri baru mengenal slackline setahun terakhir. Sedangkan di Amerika, slackline telah diperkenalkan sejak tahun 1984!

Slackline, Semuanya Berawal Dari Langkah Pertama (part 2)

Beberapa hari sebelumnya, Bagus mengirimku link vimeo. Sebuah teaser video berjudul "I Believe I Can Fly". Untuk beberapa hari, aku tidak bisa tidur nyenyak karenanya. Aku iri karenanya dan ingin merasakan kebesasan yang sama pada diriku.



Hari itu tanggal Jumat 25 Mei 2012, untuk pertama kalinya kotak berisi elephant line dibuka di hadapanku. Dan untuk pertama kalinya aku benar-benar mengetahui sesuatu yang bernama slackline. Goz mengatakan ia mendapat Rookie Line dan Wing 3.5 itu dari rekannya, seorang Jerman yang datang ke Indonesia membawa 23 unit Elephant slacklines. Yang katanya didapat saat ada outdoor gear expo di negaranya.

Saat rookie lines terpasang, aku teringat teaser video yang menghantuiku beberapa ahri terakhir, dan berujar kepada Bagus tentang I Believe I can Fly. Bagus pun mengambil iPhone-nya dan mencari link di vimeo. Segera ia menunjukkan videonya kepada Goz. "Ya ampun! Itu sangat gila!" katanya.

Ya, gila. Dan aku suka kegilaan macam itu.

Slackline, Semuanya Berawal Dari Langkah Pertama (part 1)



Beberapa hari sebelumnya, adikku mendaki Gunung Slamet dan dalam perjalanannya di bertemu seorang pemanjat dari Jakarta. Dalam pertemuannya yang singkat, Moko mengatakan bahwa akan ada jambore pemanjat tebing di Pelabuhan Ratu.

Kabar itu pun langsung disampaikan kepadaku, karena adikku tahu aku sedang keranjingan panjat tebing. Dan pada tanggal yang ditentukan, kami berangkat dari Purwokerto bertiga dengan salah satu temanku, Bayu Kreshwandono, seorang jomblo yang juga fotografer yang sedang belajar untuk komersial. Kami berangkat dari Jakarta menuju Pelabuhan Ratu bersama teman adikku Moko dan Bagus Anugrah. Aku mengenal Bagus sejak beberapa tahun sebelumnya dan sering menggarap project bersama, baik sosial ataupun komersial. Semuanya selalu berhubungan dengan kreatifitas. Dan saat itu kami tengah menggarap project yang juga berhubungan dengan panjat tebing walaupun Bagus bukan merupakan type anak yang mampu memanjat tebing. Haha...