Masih ingat Mbah Wasto dari Patai Siung yang aku ceritakan beberapa waktu lalu? Kalian bisa baca uraian singkat tentang Mbah Wasto di sini.
Tepat di belakang highline spot siung yang telah aku taklukkan, aku memasang sebuah rigging baru yang aku namakan The Wasto Legacy. Nama tersebut memang aku tujukan jika suatu saat Pantai Siung menjadi salah satu spot slackline yang populer di Indonesia, para slacker dapat selalu mengingat namanya.
Instalasi The Wasto Legacy, foto oleh Martin Holland. |
Kali ini aku memasang rigging dengan standar keamanan yang terjamin. Untuk webbing utama, aku menggunakan webbing satu inci Blue Wing dari Elephant slacklines. Ratchet system yang aku gunakan adalah big ratchet dari Freak Flash 'Line yang juga dari Elephant slacklines. Sedangkan untuk back up-nya, saya menggunakan tali statis delapan milimeter standar TNI produksi pindad (saya tidak merekomendasikannya karena kualitasnya, terutama karena sangat tidak tahan dengan friksi). Serta double pulley system dari rock exotica dengan rasio 4:1.
Peralatan panjat tebing dan slackline yang kami bawa, foto oleh Martin Holland. |
Kesulitan ini membuat aku dan Yusak Yulius membutuhkan waktu selama hampir lima jam untuk memasang rigging. Tak hanya itu, batuan karang Pantai Siung yang sangat tajam membuat instalasi kami rawan friksi. Semua hole dan celah untuk anchor point yang kami gunakan, kami lapisi dulu dengan ductape/lakban. Selain itu, fungsi dari tree skin/ protector sangat penting.
Memasang webbing dari tebing yang satu ke tebing lain cukup sulit, foto oleh Martin Holland. |
***
Singkat cerita, hari itu adalah Rabu, 1 Mei 2013. Kami datang bertujuh dengan agenda utama adalah memanjat tebing. Selama lima hari yang benar-benar terasa seperti liburan tersebut, kami menyempatkan memasang instalasi highline di tebing itu.
Yusak Yulius sesaat setelah rigging terpasang, foto oleh Eva Luxor Handayanto. |
Sore itu angin cukup kencang, ombak di bawah kami cukup besar. Rigging terasa sangat tidak stabil, aku merasa ada yang kurang sempurna pada rigging kami. Antara tali back up dan webbing memang tidak menyatu sempurna.
Aku mencoba langkah pertamaku dan gagal pada lime-enam meter pertamaku. Nyaris saja kepala terbentuk karang di bagian bawah rigging yang menjorok keluar tebing. Aku dapat melihat karang tajam itu dalam sepersekian detik, teman-temanku yang lain berteriak ketakutan. Hal itu membuat aku cukup trauma.
Langkah pertama, foto oleh Martin Holland. |
Yusak mencoba dan dia pun gagal sebelum garis terjauhku. Sedangkan Arka, ia belum menguasai cara untuk naik ke atas webbing saat terjatuh. Sehingga ia pun mengurungkan niatnya.
Di antara keraguan, foto oleh Martin Holland. |
link video-nya: http://www.youtube.com/watch?v=e8II7CBpqJg
ReplyDeletekapan ke siung lagi? :D