Archive for 2013

Festival Petualang Nusantara Part 1


Longline adalah perpaduan dari konsentrasi, kekuatan otot bahu, serta otot perut yang kuat. Tetapi di atas semua itu, tubuh dan pikiran adalah instrumen. Kemauan keras untuk tetap berjalan di atas tali adalah yang paling utama.


Slackline Tour Jogja-Solo Part 2


Minggu, 22 September 2013. Mobil yang dikendarai Haryo Pandhu dari MEPA UNS membawaku menyusuri jalanan sepi di tengah perbukitan karst Gunung Kidul sebelum akhirnya kami memasuki kawasan pemukiman yang dipadati rumah-rumah joglo tua. Pertanda kami telah berada di perbatasan Gunung Kidul - Pracimantoro. Kedip lampu redup rumah-rumah joglo itu tampak nostalgis untuk diriku. Sering ayahku sering menyebut nama Pracimantoro sebagai tempat asal kakek buyutku yang membuat kesan tersendiri untukku.

Aku masih terbayang sedikit rasa enggan untuk meninggalkan Pantai Siung yang terasa sempurna untuk mengasingkan diri. Ditambah sedikit rasa kurang puas karena tak dapat mengalahkan angin dan menamatkan lintasan longline siang tadi. Dan kekecewaan yang terberat adalah tanganku yang cedera membuatku tidak dapat maksimal untuk tricklining.


Slackline Tour Jogja-Solo Part 1


Sabtu, 21 September 2013. Purnama menemani perjalananku dengan Ciputra Ade Maharjono, Mahasiswa Ekonomi UNS yang juga anggota MEPA UNS menembus jalanan sunyi Wonosari. Dari kicauan salah satu teman di Twitter siang sebelumnya, saya tahu jika malam itu bulan berada pada titik terdekat dengan equinox, sehingga tampak sangat besar. Saya tidak menyadari efek grafitasi terhadap bumi, yang saya tahu sinar bulan begitu terang hingga kami dapat melihat jelas bukit karst di kanan-kiri kami.

Dua jam sebelumnya kami bertemu di halte bus Trans Jogja Prambanan, meeting point paling strategis bagi aku dan Ciput untuk menghadiri Indonesian Climber Gathering 2013. Lokasinya di Pantai Siung Kecamatan Wonosari Gunung Kidul Jogjakarta. Kami berkendara motor berdua untuk menyusul rombongan lain yang sudah berada di lokasi.

Waterlining Baturraden Adventure Forest


Selasa, 27 Agustus 2013. Beberapa hari sebelumnya, seorang teman mengenalkanku pada pengelola Baturraden Adventure Forest (BAF) saat sedang menggarap konsep acara untuk Festival Baturraden Oktober mendatang. Kebetulan temanku yang juga blogger, Eva Luxor Handayanto mendapat undangan untuk mereview BAF oleh sang owner melalui comment dalam blognya. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Sekalian bertemu dengan pengelola BAF Ibu Viska, aku mengutarakan juga undangan untuk mereview BAF.

Maka terlaksanakanlah agenda hari itu yang sekaligus menjadi semacam farewell outbond untuk Eva. Ia akan berangkat melaksanakan perjalanan misinya melalui empatpuluh negara dalam dua tahun ke depan bersama kapal kemanusiaan Logos Hope. Kembali ada berkah lain dalam acara itu. Aku menemukan salah satu lokasi paling eksotis untuk waterlining di salah satu sudut kota Purwokerto.


Jenjang Prestasi Atlet Panjat Tebing Indonesia


Merasa punya skill, tapi tidak tahu bagaimana menyalurkannya? Jangan Khawatir. Verticalsummit terbang ke Semarang menemui seorang rekan kami seorang pelatih senior yang memberi kami sedikit bocoran "jalan menuju kesuksesan".


Dalam Dunia Visual

Pada postingan sebelumnya tentang Purwokerto Bersatu, aku menyinggung sedikit tentang ketertarikanku terhadap seni visual di kota yang penuh kreativitas, Purwokerto. Selama empat tahun menjadi fotojurnalis, terkadang muncul rasa bosan dan jenuh terhadap fotografi. Walaupun hingga saat ini fotografi masih menjadi keterampilan utama yang aku miliki.


Indoslackline di Purwokerto Bersatu


Minggu, 23 Juni 2013. Hari itu merupakan hari kedua aku berada sebuah event yang bagiku paling menarik sejak awal tahun lalu. Sebanyak lebih dari 23 komunitas di Purwokerto hadir dalam sebuah acara, Purwokerto Bersatu. Tak terkecuali Indoslackline. Aku memasang dua line di salah satu sudut Taman Rekreasi Andhang Pangrenan (TRAP)Purwokerto dan selama dua hari ini aku mempertunjukkan gerakan trickline yang aki bisa. Dari pukul sembilan pagi, hingga pukul sepuluh malam. Tak lupa Spanduk Elephant Slacklines dan Couchsurfing menjadi background. Dan berharap pengunjung tertarik dengan slackline.

Entah kenapa hari ini aku merasa sangat lelah, tak seperti biasanya. Bukan karena mengabaikan makan dan istirahat. Nampaknya aku memang sedikit memaksakan di tengah Kelelahan ini. Tetapi semuanya tidak aku hiraukan karena event itu terasa sangat menyenangkan. Hari berikutnya, aku sama sekali tidak bisa bergerak dari tempat tidurku. Saudaraku menjemputku pulang ke rumahku. Berkali-kali muntah di tengah perjalanan dan sedikit menyadari ada yang tidak beres dengan badanku.

Freeslack Crew: Tentang Sejarah, Highline, Hingga Curhatan Warga Lokal




Sudah sejak lama aku ingin menulis tentang komunitas slackline yang satu ini. Komunitas slackline asal Kota Solo ini merupakan salah satu komunitas slackline paling aktif dengan anggota yang solid dan terus bekembang. Beberapa waktu lalu, Sadham Aulia Rahman dedengkot Freeslack Crew Solo mengajakku untuk camping dan slacklining di Pantai Siung. Sayang saat itu aku tengah berbaring di rumah sakit.

Seminggu setelahnya mereka mengirimiku foto-foto yang membuatku iri, terlebih mendengar kultweet mereka di @freeslackcrew. Maka mengalirlah obrolan kami malam itu. Sadham menceritakan kepadaku sedikit cerita untuk aku sampaikan kepada kalian. Tentang bagaimana mereka berkembang, cerita epik penaklukan jalur Jejak Petualang Pantai Siung ditambah bonus curhatan warga lokal terhadap Pantai Siung yang kini mulai berubah.


Analisis Perkembangan Slackline Dunia

Beberapa waktu lalu, aku membuka akun Twitter Slackline Magazine dan menemukan artikel menarik dari situ. Dan tampaknya fakta dan analisis yang disajikan cukup menarik dan patut untuk kalian ketahui. Artikel ebrikut merupakan terjemahan dari artikel yang aku maksud. Kalian dapat membacanya secara langsung di sini. Tentunya dengan versi Bahasa Inggris. Berikut terjemahanku.


Slackline Untuk (Sangat) Pemula

Kali pertama saya mencoba slackline, saya merasa sangat frustasi karena mencoba berjalan di atas tali webbing sangatlah sulit (baca artikel saya sebelumnya di sini). Tetapi rasa penasaran tidak membuat saya berhenti pada percobaan pertama. Beruntung saya menemukan tutorial yang sangat membantu saya. Berikut beberapa gerakan dasar seperti yang saya praktekkan di awal-awal masa latihan saya untuk melangkah di atas webbing. Dan gerakan tersebut membuat slackline menjadi olahraga yang menyenangkan hingga sekarang. Saya hanya mencoba menguraikan kembali tutorial yang saya dapat saat itu. Dan berjalan di atas webbing yang dulu susah setengah amti bukanlah hal sulit untuk saat ini.


Slackline, Buletin Prestasi Edisi Maret 2013


Saya cukup terkejut saat Yusak Yulius yang saat itu tengah mengikuti seleksi atlet panjat tebing FPTI Pengda Jawa Tengah di Semarang memberitahu berita mengenai Fadhil (baca uraian sebelumnya di sini) terpampang di Majalah Prestasi nomor 27 edisi Maret 2013. Majalah ini merupakan buletin resmi dari Dinas Pemuda dan Oleharaga (Dinpora) Jawa Tengah yang terbit setiap bulan. Tak hanya itu, dari empat puluh halaman terdapat uraian sebanyak dua halaman penuh yang mengupas tuntas mengenai olahraga slackline dengan judul "Meniti Tali Mengasah Konsentrasi".

Apakah itu berarti slackline mulai dilirik oleh pemerintah? Kita tunggu saja perkembangannya.

Slacker Singapura X Slacker Indonesia


Sebulan sebelumnya, Fadhil telah mengkonfirmasi kedatanganny ke Indonesia. Kami telah mengenal satu sama lain cukup lama melalui Facebook dan Instagram. Saat ini, Facebook memang merupakan media paling efektif untuk bertukar informasi mengenai slackline.

Fadhil Yunus Alshagoff, pemuda 22 tahun ini baru saja menyelesaikan masa wajib militernya selama dua tahun di negara asalnya, singapore. Ia tertarik mengunjungiku karena foto-foto kampung halamanku, Purwokerto yang kuupload melalui Instagram dan Facebook.

The Wasto Legacy


Masih ingat Mbah Wasto dari Patai Siung yang aku ceritakan beberapa waktu lalu? Kalian bisa baca uraian singkat tentang Mbah Wasto di sini.

Tepat di belakang highline spot siung yang telah aku taklukkan, aku memasang sebuah rigging baru yang aku namakan The Wasto Legacy. Nama tersebut memang aku tujukan jika suatu saat Pantai Siung menjadi salah satu spot slackline yang populer di Indonesia, para slacker dapat selalu mengingat namanya.

Jejak Petualang Trans 7

Telepon berdering di pukul satu tengah malam yang menunjukkan pergantian tanggal 21 Januari menuju 22 Januari 2013. Setengah kantuk aku menjawab telepon masuk yang ternyata dari seorang rekan pengurus FPTI Jogjakarta. Seorang teman asal Tegal yang juga tamu Couchsurfing-ku yang saat itu sedang surfing di rumahku pun sempat terbangun mendengar dering ponselku.

"Tanggal 25 beangkat ke Jogja, semua perlengkapan sudah disiapkan. Tinggal bawa webbing dan perlengkapan slacklinemu," Kata temanku Pristiawan di akhir perbincangan kami. Pemberitahuan itu cukup mendadak, tapi aku tak punya pilihan untuk mengikuti jadwal mereka. "Tim Jejak Petualang sudah ada jadwal shooting di luar hari itu," ungkapnya di sela-sela perbincangan tadi.


Indoslackline di PS: Magz

Pagi itu aku mendapat email dari berupa list pertanyaan seputar slackline yang masuk ke dalam inbox-ku. Dan sebulan kemudian, aku mendapati artikel tentang Aku, Goz, Bagus, dan Indoslackline di sebuah majalah Fashion!

Sunday Morning Practicing


Yeah. Slackline pertamaku datang hari ini. Walaupun sempat tertahan di bandara karena cukai dan bea import, tetapi akhirnya sampai juga di Purwokerto. Rookie line hijau aku dapat dari Elephant Slacklines singapore.

Tanjung Layar Waterlining

Untuk kesekian kali, Aku, Bagus dan Goz bepergian bersama. Kali ini Cimaja yang dikenal sebagai surga para peselancar menjadi tujuan kami.

Top Rope Pacitan

Kali ini aku mengingat masa-masa SMA dulu, di saat aku baru mengenal panjat tebing. Walaupun aku berkenalan dengan panjat dinding sejak akhir SMP, tetapi aku benar-benar merasakan sensasi memanjat tebing alam saat kelas dua SMA. Tampaknya saat ini aku pantas untuk "kelihatan bodoh". Bagaimana tidak, saat aku pertama kali menaklukkan tebing alam - saat itu di Tebing Putih Kebumen - aku melakukannya dengan top rope. Teknik yang sama dengan beberapa anak kecil seumuran 12-13 tahun yang sedang bersamaku saat ini.

Highline Pantai Siung (Part 2)

Hingga akhir sore hari, kami melanjutkan misi di atas tali yang telah gagal untuk "onsight". Aku dan Yusak kembali menjajal keseimbangan kami. Yusak masih saja gagal dan untuk pertama kalinya aku langsung berhasil. Mungkin karena faktor pemanasan. Usaha sebelumnya, aku baru bangun dan langsung tergesa-gesa untuk memanjat setelah rigging selesai dipasang. Sedangkan kali ini, aku telah mencapai kondisi badan dan kesadaran penuh. Keberhasilan pertama cukup membuatku percaya diri dan lebih fokus meniti tali mengingat di sebelah utara kami banyak pengunjung yang penasaran dengan aksi kami.

Highline Pantai Siung (Part 1)


Ini merupakan pengalaman pertamaku saat melakukan highlining dan mungkin bisa dibilang highline di tebing pertama di Indonesia.

Apa yang akan aku ceritakan kepada kalian mungkin merupakan salah satu pengalaman yang membuatku bangga, tetapi di sisi lain aku menyadari bahwa itu adalah sebuah kecerobohan yang bida berujung pada akhir hidupku. Dan kepada kalian yang akan mencoba highlining, JANGAN sekali-kali melakukan aksi highlining tanpa back up! Dan tentunya, gunakan weebing 1 inchi serta standar keselamatan yang memadai.

Highline Serayu (Part 2)


Saat masih sekolah, aku bukan type anak rajin yang selalu mengerjakan tugas. Walaupun sering diingatkan orang tuaku untuk belajar dan mengerjakan tugas, terkadang aku berbohong agar tidak mengerjakan tugas dan lebih senang meluangkan waktu untuk bermain di luar.

Efekknya akan terasa saat jam pelajarannya tiba. Saat aku menyadari bahwa aku tidak mengerjakan tugas, aku sadar bahwa aku akan mendapat hukuman dari guruku. Tak ada tempat untuk bersembunyi dan melarikan diri. Dan seketika itu, perasaan gugup, takut, dan cemas selalu berhasil memancing keringat dinginku keluar. Perasaan itu selalu sama walaupun terjadi berulang-ulang karena seringnya tidak mengerjakan tugas.

Highline Serayu (Part 1)


Slackline mungkin belum sepopuler panjat tebing, skateboard, BMX, atau olahraga ekstrim lain. Tak hanya itu, dibutuhkan "spot" dengan kriteria tertentu untuk bisa bermain slackline. Saat bermain di taman kota yang tersedia banyak pohon untuk anchor point, mungkin hal itu tidak menjadi masalah. Namun jika kita berada di kota dan hanya sedikit pilihan spot yang tersedia, maka hal itu baru merupakan salah satu kendala. Dan untuk mendapatkan ijin agar dapat menggunakan spot itu adalah kendala lain yang jauh lebih besar.

Pantai Siung, Surga Pemanjat Tebing


Pantai Siung, Surga Pemanjat Tebing

Selamat datang di Daerah Istimewa Jogjakarta, satu-satunya wilayah di Indonesia yang masih menganut sistem kerajaan. Tak seperti kultur adat yang berkembang lambat, tradisi panjat tebing Indonesia justru berevolusi dengan pesat di Jogjakarta. Inilah potret sebenarnya tentang panjat tebing alam Indonesia.

Tentang Indoslackline

Cukup lama bagi kami (Aku, Bagus, dan Goz) untuk mencari nama yang cocok untuk komunitas yang akan kami bentuk dengan tujuan memperkenalkan slackline. Akhirnya pilihan nama jatuh pada "Indoslackline". Bagi kami, nama itu cukup simpel, mudah diingat, dan cukup mewakili nama Indonesia. Sayangnya kami mendapati nama tersebut telah digunakan oleh seseorang di Facebook.

Manusia Gua. Ya, Kita.


Saat ini, hasil pencarian di google dengan keyword "slackline" akan menghasilkan angka 4,190,000 laman. Sedangkan jika kita menggunakan keyword "slackline Indonesia", jumlahnya hanya 94,700.

Hal ini sangat mengejutkan,mengingat Indonesia menempati urutan keempat dari populasi dunia, kurang mengenal mengenai apa itu slackline. Coba tanyakan pada orang-orang di sekitarmu, berapa orang yang mengetahui apa itu slackline. Atau jangan-jangan kamu sendiri tidak mengetahui apa itu slackline.

Jika kita melihat jauh ke belakang tentang sejarah perkembangan slackline, cukup mengejutkan jika slackline baru dikenal di Indonesia dua tiga tahun belakangan. Sedangkan aku sendiri baru mengenal slackline setahun terakhir. Sedangkan di Amerika, slackline telah diperkenalkan sejak tahun 1984!

Slackline, Semuanya Berawal Dari Langkah Pertama (part 2)

Beberapa hari sebelumnya, Bagus mengirimku link vimeo. Sebuah teaser video berjudul "I Believe I Can Fly". Untuk beberapa hari, aku tidak bisa tidur nyenyak karenanya. Aku iri karenanya dan ingin merasakan kebesasan yang sama pada diriku.



Hari itu tanggal Jumat 25 Mei 2012, untuk pertama kalinya kotak berisi elephant line dibuka di hadapanku. Dan untuk pertama kalinya aku benar-benar mengetahui sesuatu yang bernama slackline. Goz mengatakan ia mendapat Rookie Line dan Wing 3.5 itu dari rekannya, seorang Jerman yang datang ke Indonesia membawa 23 unit Elephant slacklines. Yang katanya didapat saat ada outdoor gear expo di negaranya.

Saat rookie lines terpasang, aku teringat teaser video yang menghantuiku beberapa ahri terakhir, dan berujar kepada Bagus tentang I Believe I can Fly. Bagus pun mengambil iPhone-nya dan mencari link di vimeo. Segera ia menunjukkan videonya kepada Goz. "Ya ampun! Itu sangat gila!" katanya.

Ya, gila. Dan aku suka kegilaan macam itu.

Slackline, Semuanya Berawal Dari Langkah Pertama (part 1)



Beberapa hari sebelumnya, adikku mendaki Gunung Slamet dan dalam perjalanannya di bertemu seorang pemanjat dari Jakarta. Dalam pertemuannya yang singkat, Moko mengatakan bahwa akan ada jambore pemanjat tebing di Pelabuhan Ratu.

Kabar itu pun langsung disampaikan kepadaku, karena adikku tahu aku sedang keranjingan panjat tebing. Dan pada tanggal yang ditentukan, kami berangkat dari Purwokerto bertiga dengan salah satu temanku, Bayu Kreshwandono, seorang jomblo yang juga fotografer yang sedang belajar untuk komersial. Kami berangkat dari Jakarta menuju Pelabuhan Ratu bersama teman adikku Moko dan Bagus Anugrah. Aku mengenal Bagus sejak beberapa tahun sebelumnya dan sering menggarap project bersama, baik sosial ataupun komersial. Semuanya selalu berhubungan dengan kreatifitas. Dan saat itu kami tengah menggarap project yang juga berhubungan dengan panjat tebing walaupun Bagus bukan merupakan type anak yang mampu memanjat tebing. Haha...