Beberapa hari sebelumnya, Bagus mengirimku link vimeo. Sebuah teaser
video berjudul "I Believe I Can Fly". Untuk beberapa hari, aku tidak
bisa tidur nyenyak karenanya. Aku iri karenanya dan ingin merasakan
kebesasan yang sama pada diriku.
Hari itu tanggal Jumat 25 Mei 2012, untuk pertama kalinya kotak berisi
elephant line dibuka di hadapanku. Dan untuk pertama kalinya aku
benar-benar mengetahui sesuatu yang bernama slackline. Goz mengatakan ia
mendapat Rookie Line dan Wing 3.5 itu dari rekannya, seorang Jerman
yang datang ke Indonesia membawa 23 unit Elephant slacklines. Yang
katanya didapat saat ada outdoor gear expo di negaranya.
Saat rookie lines terpasang, aku teringat teaser video yang menghantuiku
beberapa ahri terakhir, dan berujar kepada Bagus tentang I Believe I
can Fly. Bagus pun mengambil iPhone-nya dan mencari link di vimeo.
Segera ia menunjukkan videonya kepada Goz. "Ya ampun! Itu sangat gila!"
katanya.
Ya, gila. Dan aku suka kegilaan macam itu.
Slackline pertama yang aku coba : Elephant Rookie Lines milik Goz |
"Slackline adalah olahraga keseimbangan dan konsentrasi. Untuk menguasainya, latihan awal adalah berdiri seimbang setidaknya lima belas detik. Lalu mulailah belajar berjalan dengan posisi tangan ke atas, bukan ke samping. Pandangan lurus ke satu titik, bukan ke bawah, dan posisi kaki tidak boleh menyilang dengan arah tali". Sampai hari ini, itulah pelajaran pertama yang aku ingat saat Bagus mencari informasi di google tentang olahraga baru ini.
Slacking Wing 3.5 di Taman Suropati Jakarta |
Awal menapakkan kaki di webbing, aku langsung terjatuh dalam 4-5 langkah. Tapi itu justru membuat aku semakin penasaran. Rasanya seperti meniti jembatan bambu yang sering aku lakukan di sawah saat aku kecil, tetapi ini lebih susah.
"slackline berbeda dengan tightwire, yaitu aksi berjalan di atas tali dengan menggunakan galah sebagai alat keseimbangan. Dinamakan tightwire karena saat kita berjalan di atasnya, tali tetap kencang. Sedangkan slackline akan merenggang saat kita berjalan semakin ke tengah. Hal ini dikarenakan material webbing yang terbuat dari nylon yang lebih lentur. Tetapi dengan kelenturan ini, justru memungkinkan bagi para slacker untuk melakukan gerakan akrobatik seperti pada yang mungkin dilakukan di atas trampolin dengan permukaan lebih sempit". Itu adaah infrmasi berikutnya yang aku dapat dari Bagus.
Hari itu, aku hanya berhasil menamatkan satu lap (bolak-balik) pada webbing yang dipasang berjarak 4-5 meteran dengan ketinggian kurang dari satu meter. Sampai acara hari itu berakhir, pertanyaan lain menghantuiku. Bagaimana orang-orang gila itu bisa berjalan berjarak belasan atau mungkin puluhan meter dan ketinggian ratusan meter dari tanah.
***
Double Slackline : Elephant Wing 3.5 dan Rookie Lines : Taman Suropati Jakarta |
Aku, Bagus, dan Goz masih berkomunikasi dan membuat beberapa project. Beberapa hari dalam sebulan aku pergi ke Jakarta untuk membahas project kami, hal itu berjalan selama beberapa bulan. Di sela-sela waktuku di Jakarta, kami selalu menyempatkan untuk berlatih slackline. Hanya berlatih beberapa jam dalam sebulan sangat tidak cukup untukku. Tapi tak ada pilihan lain, aku tak punya slackline. Sehingga aku berusaha untuk benar-benar fokus dan memanfaatkan waktu belajarku yang langka. Dalam tiga empat kali berlatih, aku merasa cukup lancar berjalan dan mampu melakukan drop knee dan vertical jump.
Vertical Jump on Elephant Rookie Lines Taman Menteng Jakarta |
*fin*
A few days earlier, Bagus sent a link of a vimeo. A teaser video titled "I Believe I Can Fly". For several days, I could not sleep well because of it. I was so jealous and wanted to feel the same freedom.
That day was Sunday May 27th 2012 , and the for the first time, a box of elephant line opened in front of me. For the first time I really knew something called slackline. Goz said he got the Rookie Line and Wing 3.5 from his partner, a German who came to Indonesia carrying 23 units Elephant slacklines, which he got when there was an outdoor gears expo in his country.
When rookie lines were installed, I remembered the teaser video that had haunting me those days, and talked to Bagus about I Believe I can Fly. Bagus took his iPhone and looked for the link of the vimeo. Soon he showed the video to Goz. "Oh my god! That was so mad!" he said.
Yes, mad. And I like that kind of madness.
***
"Slackline is a sport of balance and concentration. To master it, the initial training was standing balanced at least fifteen seconds. Then start learning to walk with the hands up, not sideways. Views straight to one point, not down, and the position of the feet should not be intersected with the direction of the rope ". Until today, that's what I remember when Bagus was looking for information about this new sport on google.
The first time I set foot on the webbing, I immediately fell down after 4-5 steps. But that just made me more curious. It was like climbing a bamboo bridge which I usually did on the rice field when I was younger, but this is more difficult.
"Slackline is different from tightwire, that is an action on tightrope using a pole as balance tool. Named tightwire because when we walk on it, the rope keeps tight. While slackline will stretch as we walk further to the middle. This is because the webbing is made of nylon which is more flexible. But with this flexibility, it is possible for the slacker to make acrobatic moves such as possible to be done on a trampoline, with a narrower surface ". It was the thest information I got from Bagus.
That day, I could only manage to complete one lap (back and forth) on the webbing installed around 4-5 meters of distance and less than one meter of height. Until the day is over, another question haunted me. How do those crazy people can walk within a dozen or perhaps tens of meters with the height of hundreds of feet off the ground.
***
Bagus, Goz, and I were still communicating and making several projects. Few days within a month I went to Jakarta to discuss our project, it ran for few months. During my time in Jakarta, we always spared time to practice slackline. Just practiced for few hours a month was not enough for me. But there was no other option because I had no slackline. So I tried to really focus and took advantage of my rare practice time. In three or four times of practice, I walked pretty smooth and able to do drop knee and vertical jump.
*fin*
gan,, ini udah ada komunitasnya belom?? gua minat gabung nih. rumah gua daerah pasar rebo.
ReplyDelete