Berbeda dengan rigging yang kami pasang di Bendung Gerak Serayu, kali ini kami menggunakan ratchet truk besar milikku yang membuat webbing semakin merenggang dengan sedikit efek pendulum. Hal itu cukup memudahkanku. Tetapi aku maklum dengan Yusak yang tengah dalam masa penyembuhan cedera lututnya. Ia cukup kesulitan dengan mounting duduk.
Aku berkali-kali mengulang keberhasilanku di hari ketiga itu. Sedangkan Yusak masih belum merasakan manisnya garis finis. Hingga kami meutuskan untuk melepas rigging tengah harinya, aku dapat menghela nafas penuh kelegaan. Lega karena telah menamatkan misi dan juga lega karena mengingat kecerobohanku.
Beberapa hari berikutnya, aku memposting foto-foto dan klipingan koran Facebook. Beberapa hari berikutnya giliran anak-anak dari komunitas Pushing Panda memposting foto-foto highline mereka. Aku cukup terkejut melihat komentar dari Holger Ho, salah satu slacker asal Austria yang menegur kami atas aksi highlining tak ber-back up kami. Sisi baiknya, kami menyadari kesalah kami.
Tetapi aku masih merasa cukup penasaran, apakah sebegitu berbahayanya slacklining tanpa back up. Hingga peristiwa lain menegurku secara langsung. Beruntung aku tidak mengalaminya saat tengah highlining. Dari peristiwa itu aku memberi peringatan kepada kalian untuk TIDAK highlining tanpa back up!
Kalian dapat menyaksikan peristiwa yang aku maksudkan, yang mungkin sedikit menggelikan :
Keberhasilan kami menaklukkan tebing Siung terpublikasikan di beberapa harian lokal :
Headline - Radar Banyumas |
Headline - Suara Merdeka |
Harian Banyumas - Feature |
Feature - Satelit Pos (Bagian 1) |
Feature Satelit Pos (Bagian 2) |