Menaklukkan Si Raksasa Part 2

Posted by on Thursday, June 12, 2014


 Waterlining selalu memiliki sensasi berbeda. entah hanya sebagai hiburan, atau sebagai tantangan lain untuk menguji fisik kita. Dinginnya air saat jatuh adalah ujian bagaimana kita menekan batas fisik kita. Dan terkadang, faktor lain juga sangat mempengaruhi mental kita.



Minggu, 10 Mei 2014. Kami membaca berita aktifitas waterlining kami minggu lalu di harian lokal yang terbit hari ini dengan judul Cara Unik Menikmati Air Terjun. Ya, waterlining memang merupakan salah satu aktifitas unik. Tapi bagiku, itu adalah sebuah sensasi. Tidak ada orang yang pernah berdiri pada posisiku sekarang.

Pandanganku ke depan, tanganku tertahan ke atas dan perhatianku penuh. Aku mengulangi percobaanku minggu sebelumnya untuk menaklukkan raksasa ini. Kali ini lintasan tali terasa lebih nyaman. Tensi penuh pada pulley yang ditarik aku, Jalom, dan Yusak membuatnya berada pada kekencangan maksimal.
Tensioning.

Rigging setup.

Bahkan batu yang menjadi anchor di sebelah barat curug semat bergeser. Bisa kalian bayangkan kekuatan macam apa yang mampu menggeser batu dengan diameter satu meter lebih. Sag tidak terlalu tinggi, dan goyangan tak begitu terasa seperti sebelumnya. Hempasan angin dari air terjun pun sedikit berkurang.
Frontflip!

Sesekali aku terhenyak menahan sakit dan di saat yang sama aku harus tetap memaksa keseimbanganku. Lubang di kaki kiriku masih cukup terasa sakit.Aku mengingat kembali peristiwa Jumat minggu sebelumnya, sehari setelah aku mencoba lintasan ini, kakiku tertusuk sekrup runcing untuk memasang volume dan hold di belakang wall panjat tebing GOR Satria Purwokerto. Salahs atu spot berlatih kami.

Lukanya cukup dalam. Aku sengaja mengeluarkan darahku sebanyak mungkin agar semua kotoran yang menempel pada sekrup hilang bersama darahku. Aku tidak mau tetanus atau infeksi. Tidak mau juga disuntik atau vaksin. Jarum suntik dan dokter gigi adalah ketakutan yang paling nyata selama hidupku.

saat itu darah mengalir cukup banyak membasahi lantai tempat kami latihan. Kecerobohanku adalah melepas sepatuku saat tengah memberesi matras untuk berlatih trickline. Sekrup yang terjepit paving block dengan mudahnya menusuk telapak kakiku yang tak telanjang. Akibatnya aku merasa hampir pingsan karena banyak mengeluarkan darah.

Aku menolak disuntik dan hanya mendapat penanganan medis seadanya walau teman-temanku yang lain bersikeras. Beruntung lukaku bersih, bahkan tanpa infeksi. Walaupun untuk beberapa hari aku kesulitan berjalan.

Kali ini banyak pengunjung yang berada di sekitar lokasi Curug Gede. Maklum saja, sekarang hari Minggu. Mereka masih menganggap asing aktifitas yang kami lakukan. Dua orang dari komunitas pecinta alam setempat sempat menanyai kami dan melarang kami untuk tidak berenang di sekitar lokasi air terjun. Aku menjelaskan tentang bagaimana "cara bermain" slackline, dan mereka pun mempersilahkan dengan tetapi menyuruh agar kami berhati-hati.
2/3 lintasan.

Perhatianku kembali pada ujung lintasan. selangkah demi selangkah aku telah memlintasi lebih dari setengah lintasan. Sesekali rasa sakit yang terasa menggoda untuk menghentikan langkahku.
Di ujung lintasan.

Tepat sebelum percobaan ini, Jalom telah melakukannya dan berhasil menamatkan lintasan. Berbeda dengan pekan sebelumnya, kali ini kami mencoba untuk tidak terlalu serius. Walaupun telah mencoba selama hampir dua jam. Jalom berhasil menamatkannya setelah kami beristirahat dan makan siang di villa Curug Bayan.
Yusak on the line.

Tepuk tangan penonton yang menyaksikan percobaan kami mengakhiri usaha keras Jalom. Dalam usahanya menaklukkan raksasa ini, Jalom dua kali jatuh dan bangkut kembali.
Jalom di sepertiga lintasan.

Kali ini giliranku. Aku masih mampu menahan keseimbanganku dengan sekuat tenaga. Sesekali aku menarik nafas panjang lewat mulutku dan berteriak untuk menahan keseimbangan badanku yang condong. Jangan sampai jatuh, aku berkata dalam hati untuk tetap memaksa fokusku.
2 way ticket.

Dan akhirnya... Guntur si raksasa pun berhasil aku taklukkan tanpa jatuh. Kerja keras itu akhirnya membuahkan sensasi keberhasilan. Satu kali kemenangan sudah cukup untuk membayar belasan kali usaha yang sudah aku lakukan. Pada beberapa percobaan berikutnya, aku kembali berhasil melintasi lintasan dengan dua kali jatuh bangun.
Yusak strike again.

Lutfi Aa, the new walker.


Leave a Reply