Waterlining Curug Gede : Rute Foya-Foya

Posted by on Tuesday, April 22, 2014



Banyumas. Seperti namanya yang berarti banyu (air) dan mas (emas). Elemen air tidak bisa dilepaskan dari kabupaten yang terletak di sebelah selatan Gunung slamet, gunung terbesar di Pulau Jawa ini. Air yang berlimpah menjadi daya tarik tersendiri. Dan bagi slacker, Banyumas berarti surganya waterlining.





Jumat, 5 April 2014. Sudah cukup lama sejak pertama kali aku menemukan spot waterlining pertamaku di Banyumas. Tepatnya Februari tahun lalu. Lokasinya berada di aliran Sungai Plus yang berada di Desa Kalipagu Ketenger Banyumas. Spot itu bahkan aku coba bersama Fadhil, salah satu teman sesama slacker Singapore dan sebagian anggota Freeslack Crew Solo yang saat itu mengunjungi Banyumas. Uraian tentang awal waterlining di Banyumas tersebut bisa kalian baca di sini.

Hand lever - waterlining 

Masih berada satu aliran dengan Sungai Pelus itu, hanya berjarak sepuluh menit perjalanan di hilir spot yang sama, terdapat Curug Bayan yang cukup familiar bagi masyarakat Banyumas. Dengan background berupa resort dan penginapan serta konstruksi jembatan tua peninggalan Belanda dan dam peninggalan Jepang, lokasinya cukup mudah dijangkau dengan kendaraan bermotor. Dengan air jernih dan dingin khas kaki Gunung Slamet, tempat ini menjadi tujuan wisata alternatif beberapa tahun terakhir.


Dibalik keindahannya, sungai ini juga menyimpan bahaya air bah yang setiap saat bisa datang tanpa diduga. Serta potensi bahaya berupa debit air yang tinggi dan undercut di bagian bawah air terjunnya. Itulah kenapa ada larangan keras untuk tidak berenang tepat di bawah Curug Bayan.

Supri on the line.
Masih terbayang dalam ingatanku juga insiden yang menewaskan teman satu angkatanku saat masa perkuliahan kami belum genap satu bulan. Temanku yang tidak bisa berenang terseret arus bawah Curug Bayan yang tersangkut pada batu yang membentuk undercut si sekitar air terjun. Proses evakuasinya bahkan memakan waktu hingga lima jam setelah tim SAR menurunkan tim diver untuk mengangkt mayatnya. Peristiwa itu menjadi duka bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi Unsoed, terutama angkatan 2005, almamaterku.

Resiko bahaya di alam bebas memang selalu besar dibandingkan aktifitas lain. Namun selalu ada tantangan dan pengalaman baru dalam aktifitas alam bebas. Dan waterlining selalu memberikan sensasi tersendiri dibandingkan adrenalin layaknya highlining ataupun tricklining. Waterlining lebih bersifat entertaining dan hiburan.

Catatan : Berhati-hatilah saat chestbounce di atas waterlining. Bisa-bisa dada merah-merah :p

Untuk meminimalisir tingkat resiko, aku mencari spot yang berada agak jauh dari Curug Bayan. Sekitar seratus meter dari Curug terdapat semacam kolam sedalam satu setengah hingga dua meteran, sayangnya (atau untungnya) kolam itu tidak lagi alami karena konstruksi beton yang dibuat membendung aliran sungai.
Jalom on the line.

Aku memasang anchor berupa hanger yang berjumlah dua buah pada masing-masing sisinya. Sedikit membutuhkan perjuangan memang untuk memasang hanger tersebut. Bagaimana tidak, aku yang ditemani Supri dan Jalom harus membawa bor listrik dan kabel untuk mengalirkan listrik ke posisi terbaik anchor point. Empat hanger berhasil kami pasang diagonal melintang aliran sungai.

Lokasi ini pun hingga kini menjadi salah satu spot favorit kami untuk berekreasi. Jalom menyebutnya Rute Foya-Foya. Dan memang, spot itu lebih tampak seperti kolam renang pribadi yang dapat kami pasang line sepanjang dua puluh meteran. Kopi, snack, makanan dan minuman bisa tersedia jika kita menginginkannya.

Kami menyebutnya Rute Foya-foya.

*pernah satu kali, saat hujan deras tutun, kami telah membuktikan air bah yang datang dalam hitungan menit. Melihat ketinggian air yang naik hingga dua kali lipat, bahkan melepas line pun menjadi semacam proses evakuasi korban banjir.

*terima kasih untuk Satrio Hapsoro dan Jalom Noor untuk foto-fotonya.

Leave a Reply