Waterline Umbul Ponggok : Never Die Curious

Posted by on Tuesday, October 14, 2014

 

Ada sebuah cerita menarik di balik pemecahan rekor dunia untuk highline terpanjang di dunia yang saat ini dipegang oleh Jerry Miszewsky. Pada lintasan setinggi meter dan panjang meter tersebut, Jerry berkali-kali mencoba hingga akhirnya ia berhasil menamatkan lintasan.



23 Juni 2014. Artikel ini merupakan rangkaian dari slackline tour bersama David Wonderlust. Tulisannya bisa kalian baca di sini.

Dalam video dokumenter singkatnya, Jerry berujar "it's about battling againts myself". Dan memang, berada di atas tali bukanlah tentang sesuatu atau sesorang. Tetapi itu tentang mengalahkan diri sendiri. Menembus batas fisik, ketakutan, dan keraguan kita. Tali hanyalah media untuk menemukan dan mengenal lebih dekat diri kita.

Mungkin apa yang ada dalam benak Jerry tak jauh beda dengan apa yang aku rasakan sekarang. Aku berada di atas lintasan. Di bawahku pantulan cahaya matahari membias pada jernihnya air Umbul Ponggok Klaten. Ini adalah kali kedua aku mencoba lintasan ini. Sebelumnya, aku mencobanya dengan crew sekolah MMTC (artikelnya bisa kalian baca di sini walaupun tidak aku ceritakan secara detail).

Air Umbul Ponggok selalu dingin. Belum pernah kutemukan telaga seluas ini dengan air yang sangat jernih. Ini adalah lintasan waterlining terpanjang yang pernah aku coba, atau bisa jadi ini adalah lintasan waterlining terpanjang yang pernah dibuat dan terdokumentasikan.

Aku memandang rigging yang telah terpasang. Sejenak tanpa berkata apapun. Ada sedikit perasaan ragu dan pesimis karena sebelumnya aku tidak berhasil menyeberangi lintasan ini dengan lebar lebih dari limapuluh meter tesebut. Bahkan untuk mencapai dua puluh - dua puluh lima meter pertama pun sangat sangat membutuhkan perjuangan. Tetapi setiap perjuangan tetap layak dicoba. 

Hingga sekarang aku masih bertanya apa yang salah dengan lintasan ini. Sebuah tanda tanya yang mengundang asumsi konyol. "Mistis Umbul Ponggok" seloroh kami setiap memperbincangkan kegagalan kami. Aku masih mengira-ngira. Kali sebelumnya, aku menggunakan tali statis 9 milimeter sebagai tensioning rope pada pulley system. Biasanya aku menggunakan tali 10,5 milimeter. 

Saat itu aku berpikir, dengan menggunakan tali 9 mm, maka pulley dapat semakin kencang karena ada lebih banyak ruang dalam roda pulley. Dan perhituangn itu memang benar. Kami menarik pulley dengan mengeluarkan tenaga lebih sedikit dibanding menggunakan tali 10,5 mm. Tetapi efek negatifnya, setiap kali mendapat tekanan, roda pulley masih sedikit berputar kendur-kencang menyesuaikan langkah kami di atas tali. Hal ini membuat goyangan pada tali semakin dinamis. 

Dibanding menggunakan tali 10,5 mm, getaran tidak terlalu dinamis karena tali tertahan pada ruang roda pulley yang lebih sempit. Oke, saatnya membuktikan hipotesisku. Semoga ini benar.

"Siapa mau mulai duluan?", tanya David dalam Bahasa Inggris. "Aku memberikan tantangan, maka sebuah kehormatan untukmu untuk mencobanya," candaku. Aku menantang David untuk dapat melintasi lintasan, jika berhasil maka aku akan memastikan ia akan muncul di surat kabar lokal bagaimanapun caranya. Jika ia berhasil, ia juga akan diklaim sebagai pemegang rekor waterlining terpanjang di Indonesia.

Aku melihatnya jatuh tanpa antisipasi, membuat tubuhnya yang besar menghempas air, dan menimbulkan cipratan air yang cukup besar. Semua orang yang melihat tertawa, begitupun denganku. Analisaku lebih dari itu, aku melihat David telah berjuang melebihi kemampuannya hingga detik terakhir sebelum jatuh. Aku melihat sebuah kerja keras tanpa memperhitungkan hasil. Ini tampak sangat jelas karena ia jatuh tanpa bisa mengantisipasinya. Ia sangat fokus, dan sekali lagi, kerja keras melebihi kemampuannya. 

Ia jatuh seperti seseorang yang belum pernah bermain slackline. Hanya saja, ia telah mahir dan berpengalaman. Normalnya, ada waktu sepersekian detik saat berada di atas tali untuk menyadari bahwa kita tidak mampu mengendalikan tali, dan secara reflek kita akan berusaha menggapai tali. Atau setidaknya mencoba jatuh dengan posisi yang benar. Dan David tidak mau mengalah pada tali. Tetapi semakin dia tak mau mengalah, tali itu justru mempermainkannya hingga ia jatuh tanpa bisa mengantisipasi jatuhnya. Ia jatuh seperti orang yang belum pernah mencoba slackline. Dan itu lucu bagaimana seseorang yang berpengalaman kalah oleh tali. Aku membayangkan tali itu sedang tertawa melihat David sekarang.

"sekitar sepuluh meter. Tidak buruk", ujarku. "Tapi kamu melewatkan kesempatan untuk onsight", lanjutku.

"Tali ini terlalu kencang untukku. Aku tidak terbiasa. Mari gunakan caraku", tanya David.

"Tidak masalah. Kamu bintangnya. Dia milikmu sekarang", ujarku.

David menekan tuas grigri dan membiarkan tali semakin mengendur. Sadham bertanya apakah terlalu kencang. "Netherland style" kataku. "Oke. Kalo gak nge-slack, bukan slackline", kata Sadham sambil tertawa menirukan kata David saat kami memasang rigging highline dengan cukup kendur.

Aku masih melihat David jatuh, jatuh, dan masih jatuh. Untuk kesekian kalinya David mencoba, lalu berenang menepi dan menghampiriku yang sedang sibuk dengan semangkuk soto. "Giliranmu", kata David. 



Aku beranjak, siap dengan sit mount-ku, dan mulai melangkah. Lintasan ini semakin susah saja, pikirku sambil merasakan setup David yang cukup kendur. Aku jatuh beberapa kali, tetapi aku selalu berhasil meraih tali. Aku belum basah, dan belum merasa dingin. Namun lintasan ini sulit setengah mati. Aku menyerah dan menceburkan diri ke air. 

Aku sempat memasukkan faktor dingin dalam hipotesis kenapa kami selalu gagal di lintasan ini, walaupun sebenarnya cukup ragu juga. Suhu air di Baturraden, di lintasan Guntur the Giant bahkan lebih dingin dari ini. Belum lagi aku pernah melihat Kemeter Mich yang bertelanjang dada memecahkan lintasan waterlining dan mengamankan rekornya sepanjang 222 meter tahun 2012 lalu. Rekor itu berhasil didapat setelah empat hari percobaan.

Dan kau tahu, suhu air di Austria saat itu mencapai dua derajat celcius. Mendekati titik beku air. Jelas suhu menjadi deretan ke -mungkin- dua puluh dua (atau ke entah berapa aku menyebutnya secara acak) dalam faktor-faktor penyebab kegagalan kami.

"Kamu tahu Isro, air masuk ke dalam serat tali dalam jumlah besar saat kita memasang rigging. Airnya masih menetes. Saat air berhneti menetes, tali belumbenar-benar kering karena sebagian air masih tertinggal. Itu membuat bobot tali menjadi berkali lipat. Saat berat tali meningkat, getaran kecil tidak telalu terasa. Saat tali mulai bergoyang, itu berarti tali bergoyang dengan menyimpan energi yang besar. Dan lambat. Kamu bahkan dapat melihat goyangan tali saat menuju arahmu. Energi tali yang besar akan membuatmu kesulitan mengendalikannya.

Itu bukan lagi tali yang biasa kamu gunakan untuk berlatih longline. Kalau kamu biasa menamatkan lima puluh meter tanpa gangguna, kali ini kamu harus benar-benar berusaha. Itulah sebabnya banyak orang di tempat kami berlatih dengan menumpuk beberapa tali sekaligus. Dua bahkan ada yang empat webbing. Tujuannya adalah agar benar-benar menyiapkan fisik dengan beban tali", David menjelaskan dengan panjang lebar. 

Masuk akal. Barulah aku menyadari faktor yang sempat terlintas. Bisa jadi, dengan menunggu tali menjadi benar-benar kering, maka aku akan merasakan sensasi yang sama seperti bermain longline lima puluh meter seperti biasanya. Walaupun kali ini tidak mungkin karena David harus berangkat menuju bali esok paginya.

Bisa jadi, saat Kemeter Mitch memecahkan rekor waterliningnya selama empat hari, tali yang digunakannya telah kering sepenuhnya. Maka ia mampu menaklukkan 222 meternya tanpa terkendala faktor bobot talinya. Yang ia perlukan hanya membiasakan diri dengan longline sepanjang 222 meter. Bisa jadi, tapi entahlah. Bagaimanapun ia masih mengamankan rekornya (saat ini ia memecahkan kembali rekornya sendiri dengan lintasan sepanjang 250 meter pada September 2013).

Kami tetap mencoba tanpa henti. Begitu aku jatuh, David langsung meneruskan mencoba. Begitupun sebaliknya. Aku melihat bibir kami membiru dan badan kami menggigil. David mungkin telah terlahir dengan terbiasa apda suhu ini, tapi aku. Aku membutuhkan perjuangan lebih untuk melawan rasa dingin ini."Apakah kita akan tetap mencobanya, walau tahu kta gagal?", tanyaku. 

"Ingat. Never die curious (jangan mati penasaran)", ujar David.

Dan tentu saja. Kalahkan dirimu sendiri atau mati dengan penasaran. Karena baik buruknya hasil bukan yang utama.

*foto-foto oleh Ciputra Ade Maharjono

One Comment

  1. Pengen banget nyobain highlining, cuma sering liat video highline ekstrim bikin ngeri dehh

    ReplyDelete