Ndhas Buto Return Part 2

Posted by on Wednesday, September 3, 2014

... Setiap highline memiliki karakteristik yang berbeda, berkaitan dengan anchor yang tersedia, panjang (lintasan), dan kondisi lokal (struktur batuan, penyinaran, terjangan angin, dll)





Kalimat di atas merupakan salah satu kalimat dalam uraian singkat tentang highline pada laman salah satu merk produk slackline, Landcruising Slacklines. Secara garis besar, artikel pendek itu mendefinisikan secara sederhana tentang highline. Walau cukup sederhana, namun saya sangat setuju dengan artikel tersebut.

Saya menukil kembali sedikit bagian "klimaks" pada artikel tersebut : 

"Highlining adalah tentang menerobos keterbatasan dan dinding mental anda. Tingkat stres yang tinggi menyebabkan arus adrenalin kuat yang menguatkan perasaan Anda. Jika anda berhasil dalam menjaga kontrol (keseimbangan), anda akan merasa saat-saat sukacita yang sangat intens dan kedamaian batin yang mendalam. Jika rasa takut mendominasi atau anda jatuh dari tali, maka dinding frustasi serta keraguan dalam diri anda akan meningkat. Tapi, dengan mengambil satu langkah pada saat yang bersamaan, Anda dapat menguranginya. 

Selain keasyikan dengan psikologi Anda sendiri, highlining juga mengandung aspek lain : visionary (pandangan), serta gagasan akan keindahan.

Nyatanya, keberadaan struktur vertikal di lingkungan kita serta keterikatan dengan upaya menyeimbangkan dan mendekatkan diri dengan tanah, bergabung bersama dalam pikiran slackliner itu sendiri. Seperti olahraga alpine lainnya -di mana permukaan batu menyajikan pendaki dengan segudang kemungkinan- untuk menemukan kemungkinan instalasi-red) line, anda harus membiarkan diri anda (masuk dalam-red) ruang untuk kreativitas dan membuat sesuatu itu terjadi. 

Salah satu mimpi tertua umat manusia, yaitu mengapung seperti burung di langit, (highline menawarkannya-red) datang dalam jangkauan. Highlining menciptakan bentuk kebebasan, seperti sumber kehidupan, yang membakar api dalam kebaruan."

Akan lebih baik jika kalian membaca langsung dari sumbernya karena ada beberapa poin penting lain yang ditekankan. Walau berbau filosofis, artikel tersebut ditulis dengan Bahasa Inggris sederhana.

Ada sedikit ungkapan lain juga yang pernah aku dengar dari narasi video dokumentasi Pure Slacklines tentang highline pertama di Hongkong. Salah satu kalimat yang diungkapkan, kira-kira berbunyi seperti ini "highline membawaku ke tempat di mana aku dapat menyentuh udara yang tak pernah orang lain sentuh".

Ada sedikit kesan suprior dalam ungkapan tersebut. Sedikit kesombongan, dan kepuasan sekaligus. Tetapi aku pribadi menafsirkannya sebagai sebuah perumpamaan tentang kebebasan, sebuah rasa untuk diri kita pribadi, dan bukan semata-mata ditujukan kepada orang lain. Walau sebenarnya bisa.

Atau mari kita melihat jauh ke belakang saat -old-school-slackiner- bapak slackline Scott Balcom menaklukkan Lost linatsan Arrow Spire, spot slackline pertama sekaligus tempat lahirnya slackline. Dia mengatakan bahwa "itu (slackline) adalah sebuah project seni. Itu mengambil sebuah gagasan akan keindahan, lalu mentransformasikannya pada sebuah pengalaman yang indah". 

Poin penting dalam pemaknaan-pemaknaan di atas adalah sebuah bentuk keadaan yang mengambil tempat pada alam pikiran kita sendiri. Tapi tentu saja kita bebas mengartikan apa pun tentang highline. Hal itu merujuk pada pengalaman dan pengetahuan masing-masing individu.

Aku mengenal (atau setidaknya tahu) banyak orang yang sangat adiktif terhadap slackline, bahkan mendedikasikan hidup dan matinya kepad highline. Tidak diragukan karena pada dasarnya melalui slackline, kita mengenal diri kita lebih dalam.

Dan bagiku, tenggelam lebih dalam kemudian larut dalam lautan pikiran kita sendiri adalah hal yang sangat menyenangkan. Terlebih saat hal itu melampaui ambang batas kulminasi pada kondisi mental yang aku bangun. Pada titik itu -walau terkadang untuk sesaat- aku dapat menemukan kedamaian. 

Minggu, 23 Juni 2014. Aku berdiskusi banyak dengan David dua hari ini, dan bisa jadi penafsiran mengenai slackline saling berkontemplasi satu sama lain. Mungkin karena aku jarnag bertemu dengan orang yang memang hanya memfokuskan pada berjalan di atas tali. 

Dan David mungkin hanya satu-satunya orang aku yang temui yang telah mendedikasikan lebih dari dua tahun proses belajarnya (sekali lagi aku ulangi) hanya untuk berjalan di atas tali. Ya, itu yang diungkapkannya. Hal ini pun tampak dari tricknya yang tampak payah tali yang kami pasang di samping kedai panjat miliki Mbah Wasto. Bahkan untuk melakukan trick sederhana seperti butt bounce, ia tampak kesulitan, belum bersih, dan masih dabber.

Mengetahui hal itu, sebetulnya aku menantang diriku untuk berjalan di atas tali sejauh yang aku bisa, selama mungkin aku bisa. Itu menjadi tugas untukku pribadi.

Sementara hampir semua slacker sibuk menghajar tali trickline; aku, David, Tamar, dan Ciput melanjutkan sebuah pe er yang belum terselesaikan : sesi foto!

Bukan sebuah hal yang serius, tetapi itu menjadi cukup penting bagi David. Ceritanya, skena slackline di negaranya, Belanda, sedang diadakan lomba foto selfie atau foto narsis di atas slackline. Walaupun hanya sebuah kompetisi foto "lucu-lucuan", David yang kebetulan sedang berada di Indonesia tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Berpartisipasi dalam kompetisi itu tentunya merupakan dukungan nyata terhadap skenanya. David berencana memasang hammock pada lintasan Ndhas Buto yang telah kami setup hari sebelumnya. 


Memasang hammock semacam ini sudah banyak dilakukan oleh slacker-slacker di luar negeri dan berkembang di skena-skena slackline dengan istilah space hammock. Konsepnya, David akan berfoto di atas hammock dengan background laut lepas. Dengan eksposur matahari yang menyengat atribut khas pantai tropis : kelapa. Sangat Indonesia.

Semua berjalan lancar untuk agenda yang sederhana itu. Bentangan alam di sekitar Ndhas Buto selalu tampak sempurna bagiku. Berdasarkan pengalamanku hingga saat ini, Ndhas Buto adalah rute highline paling indah. Bukan sekedar adrenalin yang ditawarkan, tetapi sebuah perpaduan aktifitas ekstrem dengan keserasian alam. Hal ini juga merupakan alasan lain kenapa aku lebih tertarik dengan highline dibandingkan trickline : sensasi petualangan yang selalu berbeda. Sesuai tukilan pertama sebagai pembuka artikel ini bahwa setiap highline memiliki karakteristik yang berbeda. 

Di akhir catatan singkat ini, kembali aku menukil artikel dari laman slacklineexpress.com dengan judul yang sarat makna dan sedikit bernuansa sarkas : "Bagaimana Memasang Highline dan (tetap) Hidup Untuk Menceritakannya Kembali. Walaupun aku cukup paham, tetapi aku agak kesulitan dalam mengartikannya secara harfiah. Tetapi kurang lebih artinya seperti berikut ini.

"Saran saya adalah, jika anda ingin melakukan highline, dan anda cukup kuat untuk menerima sejumlah besar materi mengenai informasi terkait instalasi rigging yang kompleks. Serta sanggup untuk berurusan dengan kemungkinan-kemungkinan situasi yang akan terjadi, maka jangan membohongi diri sendiri. Karena jika anda mengacaukannya, maka sesuatu akan terjadi dan nasib buruk akan menimpa anda, siapapun yang berada dalam barisan itu akan jatuh pada kematiannya.

Internet bukanlah tempat yang baik untuk mencari informasi mengenai highline. Sederhananya, anda tidak bisa belajar tanpa berlatih. Anda tidak dapat memastikan dan belajar dengan benar tanpa memiliki akses kepada orang lain yang tahu apa yang mereka lakukan. Tetapi anda dapat menggunakan internet untuk menemukan mentor. Unggah postingan di forum slackline untuk mencari mentor, dan mungkin anda akan menemukan mentor lokal yang bersedia mengajari anda."


*foto-foto oleh Isro Adi dan Ciputra Ade Maharjono.

Leave a Reply