"Daya jelajah manusia yang semakin luas. Tren wisata dan perjalanan meningkat tajam beberapa tahun terakhir. Membuat surga-surga tersembunyi tersingkap tak lagi tersembunyi. Menyisakan tempat-tempat indah yang sulit dijangkau. Namun bagaimanapun, pengetahuan dan rasa keingintahuan, terlebih keinginan dan semangat kebaruan membuat manusia dapat mengakses tempat-tempat yang sebelumnya tampak mustahil dapat diakses. Teknik dan teknologi peralatan yang berkembang, ditambah gaya hidup menciptakan pasar, industri, dan komersialisasi wisata. Semuanya demi memuaskan hasrat dan pemujaan manusia terhadap keindahan alam. Manusia semakin merasa memiliki alam yang seakan semuanya dalam genggaman. Sebuah romantisme yang akan diwariskan pada keturunan dan generasi penerusnya".
0comment
Di Timur Indonesia 3 : Deep Water Soloing Labengki
Lalu sebagian di antara kita, mereka mampu melihat menembus beton dan tembok yang mengekang zaman. Keluar dari batas kehidupan, dan memperluas pandangan. Menemukan sebuah kecil pijakan yang menjanjikan kebebasan. Maka nampaknya, bagi mereka, itu adalah sebuah kemungkinan yang tak terbatas. Lalu mereka berjalan, dan menemukan tempat baru di ujung garis depan. Dan bergitulah mereka terus berjalan, berada di depan, dan menentukan batas baru dalam peradaban. Karena pada dasarnya, impian tak dapat diwujudkan tanpa kemauan. Harapan, akan selalu ada bagi mereka yang memiliki keyakinan. Lalu saat kita mulai berjalan, mereka mencapai seberang cakrawala yang menutupi pandangan. Tapi pada akhirnya, semua orang akan memilih sebuah keputusan. Memilih sebuah tujuan dan kebebasan. Atau diam tanpa melawan, menukarkan dirinya pada gaya hidup kekinian.
1comment
Di Timur Indonesia 3 : Pulau Labengki
"Bagaimana kalau sebetulnya kita hanya probabilitas? Kemungkinan. Dalam hitungan deret matematis. Kita adalah kemungkinan. Kemungkinan kita beririsan dengan kemungkinan orang lain, sehingga kita dapat bertemu dengan orang lain. Bisa jadi kemungkinan kita akan menjadi kemungkinan lain jika kita mengambil keputusan yang berbeda. Atau hal yang lebih ekstrem, bagaimana kalau sebetulnya kita tidak benar-benar ada. Kita tidak hidup dalam kemungkinan kita sendiri. Kita tidak beririsan dengan kemungkinan orang lain, tapi justru merupakan kemungkinan dari orang lain".