Minggu, 22 September 2013. Mobil yang dikendarai Haryo Pandhu dari MEPA UNS membawaku menyusuri jalanan sepi di tengah perbukitan karst Gunung Kidul sebelum akhirnya kami memasuki kawasan pemukiman yang dipadati rumah-rumah joglo tua. Pertanda kami telah berada di perbatasan Gunung Kidul - Pracimantoro. Kedip lampu redup rumah-rumah joglo itu tampak nostalgis untuk diriku. Sering ayahku sering menyebut nama Pracimantoro sebagai tempat asal kakek buyutku yang membuat kesan tersendiri untukku.
Aku masih terbayang sedikit rasa enggan untuk meninggalkan Pantai Siung yang terasa sempurna untuk mengasingkan diri. Ditambah sedikit rasa kurang puas karena tak dapat mengalahkan angin dan menamatkan lintasan longline siang tadi. Dan kekecewaan yang terberat adalah tanganku yang cedera membuatku tidak dapat maksimal untuk tricklining.