Slackline Purwokerto Bersatu 2014

Posted by on Friday, August 29, 2014


Satu tahun tentu bukan waktu yang sebentar. Banyak dinamika terjadi. Banyak orang datang dan pergi dalam hidup kita. 

Begitupun dalam dinamika berkomunitas. Satu bangun, yang lain mati, dan sebagian berhenti pada titik tertentu. Dinamika ini tampak secara nyata pada konteks kewaktuan dan kewilayahan. Di Purwokerto, kita dapat melihat dinamika berkomunitas dalam setahun terakhir melalui event Purwokerto Bersatu. 



Sabtu, 31 Mei 2014. Tak terasa telah sebelas bulan sejak event ini digelar di Taman Kota Andhang Pangrenan Purwokerto. Untuk sekedar mengenang kembali masa itu, kalian bisa membaca artikelnya di sini. Dari artikel itu juga kalian akan memahami event macam apa Purwokerto Bersatu itu. Intinya, event ini menjadi semacam gathering bagi para pehobi dan pegiat komunitas di Banyumas dan sekitarnya.

Saat itu merupakan detik-detik tepat sebelum aku melewati salah satu fase dalam hidupku dan butuh beberapa bulan untuk berdamai dengan keadaan, terlebih diriku sendiri. Masih teringat juga saat itu aku sangat tidak memperhatikan kesehatan dan pola hidup sehingga aku menderita gangguan pencernaan terparah yang pernah aku alami. Semangat terhadap slackline tanpa diimbangi dukungan fisik membuatku membayarnya dengan beberapa hari menginap di rumah sakit.

Tentu saja hal itu tidak berpengaruh terhadap semangatku melakukan aktifitas ini, walaupun berhadapan dengan jarum suntik dan infus selalu menjadi hal yang menakutkan. Beruntungnya, aku kini menjadi lebih memperhatikan kesehatan dan pola hidup.

Banyak hal yang sangat berbeda jika aku amati lebih dekat dari dinamika komunitas kota ini. Aku menjumpai banyak komunitas yang juga hadir tahun lalu. Begitu pun dengan panitia dan pegiatnya. Dibanding tahun lalu, pegiat yang hadir semakin banyak. Begitu juga dengan penampil di atas dua panggung yang dipasang kali ini.

Dibanding komunitas yang tak lagi tampak, lebih banyak komunitas baru. Ini menunjukkan perkembangan minat dan budaya bersosial masyarakat Banyumas. Begitu pun dengan slackline. Event kali ini yang bertempat di Alun-alun Lama Banyumas berupa lapangan terbuka yang berada di bekas pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas. Nilai sejarah menjadi alasan bagi panitia untuk memilih tempat ini sebagai lokasi penyelenggaraan acara tahun ini. Di samping untuk mengedukasi dan memberi hiburan bagi khalayak suburban Banyumas. Modernisasi di Kabupaten Banyumas, tempatku tinggal memang masih berkutat pada tataran Purwokerto-centris.

Tempat yang berupa lapangan terbuka membuat stand slackline tidak mendapat tempat strategis. Hari itu aku, Jalom, Abe, cipeng, dan Lutfi Aa lantas memilih lokasi yang berada di belakang panggung untuk memasang line. Keberadaan mereka yang cukup konsisten dalam berlatih juga merupakan perbedaan lain dalam setahun terakhir yang aku syukuri. Kini aku tak lagi menjadi pemain tunggal dalam event ini.

Kali ini, kami juga memasang dua line. Blue Wing untuk longline sejauh hampir lima puluh meter dan  Freak Line untuk trickline. Kami memasang blue wing dengan tensi yang tak terlalu kencang. Pohon palem yang kami gunakan untuk anchor, walaupun tampak kokoh tetapi tetap membuatku khawatir. Hasilnya tali menjadi sangat kendur. Tetapi aku berhasil onsight pada hari itu. 

Hari itu menjadi hari yang cukup sial juga bagi Jalom. Pada percobaan pertama di atas longline, ia terjatuh dengan posisi tangan yang menghantam dada. Akibatnya ia cedera dan tidak mampu melanjutkan kegiatan.

Minggu, 1 Juni 2014. Hari terakhir Purwokerto Bersatu rongewupatbelas. Hari tanpa kehadiran Jalom yang sedang cedera. Dan anak-anak masih menjadi - entah harus aku sebut apa, pengganggu atau justru merekalah yang seharusnya menjadi target edukasi slackline. Mereka sangat antusias dengan slackline, walaupun mereka tidak mencoba secara benar. Mereka lebih menyukai line-ku sebagai ayunan dibanding untuk media olahraga keseimbangan.

Walaupun telah aku pasang cukup tinggi, namun mereka masih dapat menjangkau Blue Wing-ku, begitu pula dengan freak Line yang dipasang rendah. Beberapa orang yang akan mencoba harus mengantri dengan anak-anak yang mengerubuti tali-tali ini. Ya, setidaknya kami telah menorehkan sedikit bekas pada pikiran mereka, sehingga mereka dapat mengidentifikasi aktifitas slackline jika mereka melihatnya di lain kesempatan.
 
 *** Terima kasih kepada tim dokumentasi Purwokerto Bersatu Rongewupatbelas untuk akses fotonya. Sampai jumpa di event serupa thaun depan. ***

Leave a Reply