Hidup dan Perubahan Part 2

Posted by on Thursday, May 12, 2016


Katanya, takdir tidak dapat dirubah, tetapi nasib ada di tangan kita. Semuanya tergantung usaha dan pola pikir kita.
12 Mei 2016. Aku melanjutkan sedikit cerita mengenai kevakumanku dalam mengisi blog ini. Pada cerita sebelumnya, telah aku ceritakan sedikit mengapa aku baru sempat menulis lagi. Bukan cerita yang hebat, dan malah lebih berisi tentang "curhatan" tentang waktu satu setengah tahun terakhirku.

Singkatnya, aku memutuskan untuk mengambil pekerjaan di belakang monitor berisi deretan angka yang akhirnya menyita hampir seluruh waktuku dan juga hampir menyudahi kesempatanku untuk bisa berpetualang. Awalnya aku berpikir bahwa semua yang telah aku mulai : hobi, komunitas, jaringan, termasuk blog ini, akan menjadi sekedar cerita yang terlupakan.

Tak jarang juga muncul sedikit ketakutan bahwa aku akan menjadi orang kebanyakan. Bukan lagi pribadi bebas, terkekang jam kerja, dan tidak bisa menyesap pengalaman baru. Begitu juga dengan apa yang telah aku bangun selama ini. Bisa jadi semuanya akan hilang tak berbekas bagaikan jejak asap kereta. Hilang berangsur tertelan waktu dan kereta yang semakin jauh meninggalkannya, dan jika beruntung ada seseorang atau sesuatu yang menangkapnya.

Dalam waktu yang semakin menipis, aku memikirkan agar ada seseorang atau teman-temanku yang dapat meneruskan komunitas yang telah aku bentuk, berjejaring satu sama lain, dan memanfaatkan apa yang sudah aku buat. Jika pun semuanya akan hilang bagaikan jejak asap, aklu berusaha agar semuanya dapat bertahan selama mungkin.

Layaknya seorang kaya yang sedang sekarat, aku menghubungi rekan-rekanku seperti "menitipkan warisan" atas usahaku beberapa tahun terakhir. Terdengar konyol, tapi nyatanya aku tidak bisa menghilangkan ketakutan mengenai tinggal di satu tempat dalam jangka waktu lama. Juga ketakutan mengenai rutinitas ibukota yang kerap menjadi momok sebagian orang.

Momok itu menjadi nyata pada minggu-minggu dan bulan-bulan awal aku hijrah ke ibukota. Rutinitasku yang terbatas kantor dan tempat tinggal serta jam-jam yang banyak aku habiskan untuk berdiri di commuter line atau duduk di bangku metromini sama sekali bukan hal yang aku harapkan. Frustasi sudah barang tentu. Saat itu weekend menjadi sangat berharga yang sayangnya aku habiskan untuk beristirahat di kamarku atau sekedar menonton film yang jarang aku update seperti perkembangan musik semakin lama tidak aku ikuti.

Tiga bulan berikutnya ternyata aku merasakan sedikit angin segar karena aku mendapat tugas ke kantor cabang daerah. Sedikit menghilang dari kebisingan ibukota tampak sangat menggiurkan. Bisa jadi di sana aku bisa mendapat pengalaman dan petualangan baru. Maklum, sebagai karyawan yang terhitung masih training, dua tahun ini aku masih terus ditempatkan di kantor cabang yang berbeda dengan posisi yang berbeda juga. Setelah evaluasi akhir nanti, baru aku dapat penempatan yang permanen.

Nyatanya, berada di tempat lain dengan bekerja sebagai tujuan utama tetaplah sama. Aku hanya berpindah tempat dengan kebosanan yang masih sama. Kala itu aku mendapat penempatan di kantor cabang Kendari, Sulawesi Tenggara. Sebuah kota kecil yang rendah dinamika. Kota pelabuhan itu tengah menggeliat setelah keruntuhan ekonomi akibat regulasi baru tentang pertambangan yang menjadi penopang utama.

Bulan-bulan berikutnya aku mulai menemukan ritme dalam pekerjaanku dan passionku. Dimulai dari long weekend yang yang aku manfaatkan penuh untuk kembali melakukan hobiku. Tidak hanya itu, kembali ke ibukota ternyata membawa sisi baik tersendiri. Kota ini menyediakan banyak hal. Jaringan dan orang-orang baru, serta akses informasi yang memudahkan untuk melanjutkan passionku. Tidak hanya itu, aku juga bertemu orang-orang hebat dan memiliki visi yang sama yang justru bisa mendukung kagiatanku.

Memang perlu berusaha lebih keras untuk berdamai dengan rutinitas. Tidak jarang aku harus meluangkan lebih dari setengah waktu istirahatku untuk menyelesaikan tugas lebih cepat, dan aku bisa mengajukan ijin kepada atasanku. Semuanya tentang konsekuensi dan mencari solusi di tengah keterbatasan. Juga menyingkirkan rasa takut untuk tetap fokus kepada apa yang telah kita tekuni.

Pada kesempatan berikutnya aku akan mulai menceritakan banyak cerita yang belum sempat aku posting di blog ini satu per satu.

Leave a Reply