Highline Serayu (Part 1)

Posted by on Thursday, March 21, 2013


Slackline mungkin belum sepopuler panjat tebing, skateboard, BMX, atau olahraga ekstrim lain. Tak hanya itu, dibutuhkan "spot" dengan kriteria tertentu untuk bisa bermain slackline. Saat bermain di taman kota yang tersedia banyak pohon untuk anchor point, mungkin hal itu tidak menjadi masalah. Namun jika kita berada di kota dan hanya sedikit pilihan spot yang tersedia, maka hal itu baru merupakan salah satu kendala. Dan untuk mendapatkan ijin agar dapat menggunakan spot itu adalah kendala lain yang jauh lebih besar.


Rigging Setup
Jika kalian pernah mendengar istilah "Slackline is not a crime" mungkin bisa dikatakan cukup beralasan. Di beberapa wilayah - terutama di luar negeri - ada larangan ketat untuk bermain slackline di ruang publik. Seperti yang saya ketahui di Singapura, Slackline hanya diijinkan untuk digunakan di East Coast Park, hanya di pohon kelapa, dan dengan ketinggian hanya sebatas dada. Tak hanya itu, yang saya tahu, slackline dianggap ilegal di Seattle, Amerika Serikat sejak 2009 karena dianggap mengganggu publik.

Mengingat slackline yang masih terbilang olahraga baru, di Indonesia mungkin belum ada larangan semacam itu (tentunya aku juga berharap tidak akan ada larangan sampai kapanpun). Dan tentu saja, perlu dipertahankan agar slackline tidak mendapat paradigma negatif di benak masyarakat. Salah satu yang terpenting adalah dengan bermain slakcline sesuai dengan "etika". Salah satunya terkait dengan masalah perijinan. Hal ini aku rasakan saat pertama kalinya bermain slackline di spot ekstrim.

Jurassic Lines (13m l, 6 m h)
Terletak sekitar dua belas kilometer di sebelah barat Kota Purwokerto, terdapat bendungan di Sungai terbesar di Banyumas. Sungai Serayu. Di Bendung Gerak Serayu tersebut terdapat beberapa pintu air sepanjang hampir dua belas meter dengan ketinggian antara lima hingga enam meter dari permukaan air sungai.

Untuk pertama kalinya, aku dan Yusak Yulius salah satu partnerku dalam bermain slackline mencoba spot tersebut. Hari itu tanggal 15 Oktober 2012. Setelah mengecek spot yang akan kami gunakan untuk slacklining, kami bergegas menuju kantor dan menemui kepala bendungan.

Yusak Yulius, Jurassic Lines
Tak lama, maka Kepala Bendung Gerak Serayu datang dengan seorang stafnya. Cukup lama bagi kami untuk meyakinkan aktifitas yang akan kami lakukan. Saya maklum karena memang slackline amsih terbilang baru, sehingga mungkin belum ada bayangan dalam benak mereka. Mungkin lebih dari setengah jam kami menjelaskan pada mereka seluk beluk slackline, spot untuk slacklining, serta standar keselamatan yang kami gunakan. Kami pun menjelaskan pada mereka resiko bahaya dan meyakinkan bahwa pembatas besi di samping pintu air mampu menahan tarikan slackline beserta berat badan kami.

Dengan kawalan staf keamanan, kami pun diijinkan memulai aktivitas kami. Karena saat itu aku belum memiliki slackline sendiri aku menggunakan slackline milik Arka Setiawan, salah satu slacker Jogjakarta (tentang Arka akan aku ceritakan di lain waktu).

Mencoba berdiri setelah jatuh adalah tantangan lain.
Peralatan yang kami gunakan cukup minimalis, yaitu satu set Mountain Equipment Slackline Set satu inchi, seat harness, webbing, dan karabiner untuk standar keamanan. Walaupun di atas air, namun lokasinya cukup ekstrim dengan resiko terseret air dan tenggelam jika kami sampai jatuh ke air. Pintu bendungan itu membentuk pusaran air yang siap menelan siapapun yang jatuh. Dan kami tepat di atasnya.

Itu juga merupakan kali pertama aku benar-benar melakukan aksi highline, walaupun spotnya tidak terlalu "high". Untuk beberapa saat, aku menghela nafas panjang dan rasa gugup itu tak bisa hilang. Aku hanya berpikir bahwa aku mampu. Bagaimana aku bisa menaklukkan lintasan yang berkali lipat lebih panjang dan tinggi, jika hanya seperti ini saja aku tidak mempu. Itulah yang membuatku harus melakukannya.
Jurassic Lines

Leave a Reply