Slackline, Semuanya Berawal Dari Langkah Pertama (part 1)

Posted by on Thursday, March 21, 2013



Beberapa hari sebelumnya, adikku mendaki Gunung Slamet dan dalam perjalanannya di bertemu seorang pemanjat dari Jakarta. Dalam pertemuannya yang singkat, Moko mengatakan bahwa akan ada jambore pemanjat tebing di Pelabuhan Ratu.

Kabar itu pun langsung disampaikan kepadaku, karena adikku tahu aku sedang keranjingan panjat tebing. Dan pada tanggal yang ditentukan, kami berangkat dari Purwokerto bertiga dengan salah satu temanku, Bayu Kreshwandono, seorang jomblo yang juga fotografer yang sedang belajar untuk komersial. Kami berangkat dari Jakarta menuju Pelabuhan Ratu bersama teman adikku Moko dan Bagus Anugrah. Aku mengenal Bagus sejak beberapa tahun sebelumnya dan sering menggarap project bersama, baik sosial ataupun komersial. Semuanya selalu berhubungan dengan kreatifitas. Dan saat itu kami tengah menggarap project yang juga berhubungan dengan panjat tebing walaupun Bagus bukan merupakan type anak yang mampu memanjat tebing. Haha...


Langkah pertama
Lokasi yang kami tuju cukup terpencil. Beruntung kami dapat menemukan tempat itu. Kurang beruntung bagi kami, bahwa ternyata itu bukan jambore pemanjat tebing seperti yang dikatakan Moko. Kami mendarat di properti pribadi milik pasangan berkebangsaan Indonesia - Inggris. Octavia Evie dan Graham Mitchel a.k.a Goz Wold (belakangan saya tahu bahwa Goz Wold itu adalah panggilan adik-adik Goz kepadanya).

Dan kekeliruan bukan hanya di situ. Itu benar-benar bukan jambore pemajat tebing Indonesia, tetapi adalah pesta ulang tahun Goz!!!

Yap. Pesta ulang tahun Goz!
Keramaian di antara teman-teman baru.
Benar-benar di luar ekspektasi. Acara ulang tahun diisi dengan camping dan barbeque party. Sisi baiknya, kami mengenal teman baru, yaitu rekan-rekan Mba Evi yang juga pemanjat gunung. Sekitar 20 orang total. Di sela-sela obrolan kami, Goz mengatakan bagian dari propertinya berupa tebing yang layak dipanjat. Saya membayangkan tebing macam apa yang berada di areal tanah pribadi seluas delapan belas hektar tersebut.
Tenda di lokasi tebing milik Goz dan Mba Evie di Pelabuhan Ratu
Dan benar saja, pagi berikutnya aku bangun pagi dan menyiapkan sepatu panjat, harness, dan chalk bag. Tetapi tebing yang saya dapati bukan tebing vertikal. Hanya tebing dengan miring yang bisa dipanjat dengan teknik smearing. Dan lagi aku memanjatnya dengan teknik top rope! Tapi itu cukup menghibur dan mengendurkan otot hari itu.
Boulder venue.
Hiburan hari itu masih berlanjut. Setelah memanjat tebing dan sarapan bersama, Goz menanyakan kepada kami. "Ada yang tahu slackline?"

Tentu saja kami menggelengkan kepala. Tak satupun dari kami tahu apa itu slacklining. Goz sendiri belum pernah tahu apa itu slakcline. "Semacam tali webbing, diikatkan di pohon dan ada penariknya. Kalau sudah kencang, kita berjalan di atasnya", Mba Evie menjelaskan sambil membawa dua kotak Elephant slackline.

Untuk pertama kalinya kotak itu dibuka, dan untuk pertama kalinya kami melihat seperti apa slackline itu. Kami bahkan tidak tahu bagaimana menggunakannya. Kami hanya berpedoman dengan melihat gambar yang tertera di manual booknya yang berbahasa jerman.
Elephant Slacklines milik Goz
Elephant Slacklines milik Goz
Kami memasangnya pada dua buah pohon yang ada di salah satu bagian lahan milik Goz. Sebagian dari kami mencoba, dan semuanya gagal di langkah pertama. Dan bagiku, hari itu adalah langkah awal yang sangat menentukan!
Bagus on the line.
Fake Vertical Jump. LOL.



Slackline, Everything Begins From The First Step (part 1) 

A few days earlier, my brother hiked Mount Slamet and in his journey he met a climber from Jakarta, Moko. In this short meeting, Moko told him that there would be a climber jamboree in Pelabuhan Ratu.

The news was immediately communicated to me, because my brother knows I'm avid to rock climbing. And on the specified date, we departed from Purwokerto with one of our friends, Bayu Kreshwandono, a single photographer who is learning commercial photography. We departed from Jakarta to Pelabuhan Ratu with Moko and Bagus Anugrah. I know Bagus often worked on communal projects few years before, either socially or commercially. Everything is always associated with creativity. And at that time we were also working on projects related to rock climbing although Bagus is not a type of guy who is able to climb a rock. Haha ...

The location we were heading was in quite remote area. Lucky we could find it. Less fortunate for us, that apparently it was not the rock climber jamboree like Moko said. We landed on private property owned by Indonesia – English couple. Octavia Evie and Mitchel Graham a.k.a Goz Wold (later I knew that Goz Wold is the nickname given to Goz by his younger brothers).

And the mistake wasn’t only that. It was Goz’s birthday party!!!

Yap. Goz's birthday party!

Trully beyond our expectations. The birthday was celebrated with camping and barbeque party. The good thing is that we met new friends, Evi’s friends, who are mountaineers. About 20 people in total. In the middle of our conversation, Goz said some parts of his land are decent cliffs to climb. I imagine what kind of cliffs located in the of eighteen hectares ​​private land.

I got up early the next morning and set up climbing equipments. But I found no vertical cliffs. There were only cliffs with slopes that could be climbed by smearing. And I climbed it with top rope technique! But it was quite entertaining and relaxing muscles that day.

The amusement continued. After climbing the cliffs and having breakfast together, Goz asked us. "Anyone knows slackline?"

Of course we shooked our heads. None of us knew what slacklining was. Goz had never known what it slackline was. "A kind of webbing, strapped to trees with pullers. If it is tight enough, we can walk on it," Evi explained while carrying two boxes of Elephant slackline.

For the first time the box was opened, and for the first time we saw how slackline looks like. We didn’t even know how to use it. We were only referring to the pictures in the German translation manual book.

We installed it on two trees in a part of Goz’s land. Some of us tried it, and all failed on the first step. For me, that day was a crucial first step!

Leave a Reply