Freeslack Crew: Tentang Sejarah, Highline, Hingga Curhatan Warga Lokal

Posted by on Saturday, July 20, 2013




Sudah sejak lama aku ingin menulis tentang komunitas slackline yang satu ini. Komunitas slackline asal Kota Solo ini merupakan salah satu komunitas slackline paling aktif dengan anggota yang solid dan terus bekembang. Beberapa waktu lalu, Sadham Aulia Rahman dedengkot Freeslack Crew Solo mengajakku untuk camping dan slacklining di Pantai Siung. Sayang saat itu aku tengah berbaring di rumah sakit.

Seminggu setelahnya mereka mengirimiku foto-foto yang membuatku iri, terlebih mendengar kultweet mereka di @freeslackcrew. Maka mengalirlah obrolan kami malam itu. Sadham menceritakan kepadaku sedikit cerita untuk aku sampaikan kepada kalian. Tentang bagaimana mereka berkembang, cerita epik penaklukan jalur Jejak Petualang Pantai Siung ditambah bonus curhatan warga lokal terhadap Pantai Siung yang kini mulai berubah.




Awal-awal berlatih, Freeslack Crew menggunakan tie down ratcet yang biasa didapat di toko alat berat.

1.       Sejak kapan Freeslack Crew berdiri? Ceritain sedikit, dong tentang Freeslack Crew.

Freeslack crew merupakan komunitas slackline di kota Solo, berdiri pada tanggal 8 Januari 2013. Keberadaan olahraga slackline dikota Solo bermula dari Isro Adi dari Indoslackline yang mengenalkan olahraga tersebut kepada anggota MEPA-UNS (Mahasiswa Ekonomi Pecinta Alam - UNS). Merasa tertarik dan ingin mengenal lebih jauh slackline, beberapa anggota MEPA-UNS giat berlatih dan kemudian berkembang dari mulut kemulut. Kemudian anggota kami bertambah satu demi satu yang ikut bergabung saat latihan, kami pun menamai diri dengan Freeslack Crew.  Sampai sekarang anggota freeslack Crew telah berjumlah sekitar 25 orang
Awal mula berlatih, mereka berlatih di sekitaran kampus UNS Solo, bahkan di sekretarian MEPA.

Saat mulai berlatih di Taman Balaikambang Solo.


2.       Menurut kalian, apa itu slackline? apa yang membuat kalian tertarik dengan slackline?

Bagi kami slackline merupakan olahraga yang baru, unik, menantang dan menyenangkan. Pertama kita melihat slackline, mindset kita tertuju kepada pertunjukan-pertunjukan sirkus yang berjalan dan menjaga keseimbangan diatas tali.

Terlihat mudah, “Cuma” berjalan diatas tali yang pipih dengan ketinggian 1,5 meter, jauh dari rasa takut karena misal jatuh pun juga tidak terlalu sakit. Tetapi setelah kami coba, untuk mencapai 3 langkah saja rasanya sulit minta ampun. Setiap kali jatuh ada rasa penasaran dan keinginan untuk mencoba lagi. Ketika berhasil jalan di atas tali, ada rasa seneng dan pengennya setiap langkah direkam kamera, meskipun hanya memakai kamera handphone. Hahahaha konyol.

Selain itu, ada juga berbagai macam trick yang menantang untuk dipelajari. Kami awali dengan melihat Trick in a minute dari Frankie Najera di youtube. Terlihat gampang saat Frankie Najera mempraktekan trick-trick yang dikuasainya, tetapi setelah dipraktekan sendiri, lagi-lagi berulangkali jatuh. Badan sampai merah-merah “kejebret” line.

Tak hana itu, waktu belajar butt bounce juga banyak cerita dari pantat sakit, banyak celana sobek, sampai kepala lecet gara terjungkal. Tetapi itulah uniknya slackline, yang terlihat mudah namun cukup sulit dan perlu latihan yang rutin. :D
Logo awal Freeslack Crew.
Freeslack Crew di salah satu media lokal Solo.
3.       Apakah kalian punya agenda rutin untuk berlatih slackline?

Kami selalu menggelar latihan rutin setiap hari sabtu sore di taman balekambang dan Hari Minggu pagi saat Car Freeday Solo. Selain tempat tersebut kami juga sering mengadakan latihan di beberapa tempat lain seperti komplek stadion manahan (depan sekretariat PTMSI/tenis meja), kampus UNS, dan kolam renang Pengging untuk waterlining. Kami memang sengaja memilih tempat-tempat umum, tujuannya selain berlatih kami juga sekaligus mendemonstrasikan secara langsung olahraga slackline kepada masyarakat Solo. 

Freeslack Crew di Stadion Manahan Solo.

Sadham on action, Car Free Day Solo.

Salah satu lokasi latihan rutin Freeslack Crew : Car Free Day Solo.
4.       Sampai sekarang, agenda apa saja yang pernah Freeslack Crew lakuin?

Selain latihan rutin yang kami jalani, kami juga pernah mengikuti kegiatan yang diadakan Indoslackline, seperti Highline Siung waktu shooting Jejak Petualang Trans7 dan Gathering Slackline di Purwokerto yang juga diikuti slacker Singapura. Baru-baru ini kami mengadakan acara Touring Ceria Siung pada tanggal 5-7 Juli lalu. Selama tiga hari kami touring, camping, slackline, highline di sana.
Poster event Touring Ceria siung.
5.       Kalian pasti punya cerita menarik tentang event itu. Ceritakan sedikit, dong tentang event yang kalian adain.

Rencana awal kami mengajak salah satu klub vespa S’GAWON (Secooterist Gali Pawon) yang beberapa anggotanya merupakan pegiat panjat tebing juga, namun menjelang keberangkatan entah kenapa banyak anggota S’GAWON yang membatalkan keikutsertaannya. Hingga hanya tersisa 2 vespa saja. Jumat 5 Juli, tepat pukul 12 malam, kami berdelapan  berangkat dari tempat latihan boulder Mepa. Delapan orang tersebut adalah : sadham, albana, basuni, kremi, ciput, dicky, widi, septika. Subuh kami sampai di Pantai siung dan menginap di Kedai Panjat Tebing milik Mbah Wasto.

Sabtu, Slackline Day!

Rencana awal hari Sabtu itu kami habiskan untuk trickline. Tetapi kenyataannya kami menghabiskan waktu seharian untuk membuat deadman anchor. Ngenes, pohon yang biasa kita pakai untuk anchor trickline sekarang ditempati oleh pedagang yang ada disana.

Tempat yang kita pakai untuk membangun deadman anchor yaitu persis disamping kedai panjat milik mbah Wasto. Pembuatan deadman anchor mengalami banyak kendala, bongkar pasang berulang kali kita lakukan karena pemasangan line belum maksimal. Saat dipakai trickline frame berulang kali jatuh. Akhirnya Mbah Wasto membuatkan anchor unik ditebing, pada celah tebing dimasukan beberapa batang kayu kemudian ditali dengan kawat. Dengan candaannya, Mbah Wasto berkata : “iki kuat, digandhuli wong 8 ora mungkin ambyar, nek nganti ambyar penthungono aku”
Instalasi Deadman Anchor.
Anchor mbah Wasto kita pakai untuk back up frame/penyangga line. Jam 5 sore line anchor selesai terpasang, mari berpesta kawan. :D
Menjelang malam baru bisa berslacklining.
Trickline kita lakukan sampai malam hari dibantu lampu darurat dan lampu dari kedai panjat. Gear yang kita gunakan yaitu Rookie Flash Line dari Elephant Slacklines. Pukul 9 malam, 6 Anggota Freeslack Crew lain datang dan dengan antusias mereka langsung mencoba line yang kita pasang. Mereka adalah : Vandhol, Dimas, Rizal, Yoga, Nanda, dan Pondra. Kami melanjutkan acara malam itu dengan bakar-bakar jagung yang mereka bawa.

Minggu, Highline day!

Pukul 10 pagi kami bergegas menuju Jalur Jejak Petualang dan naik ke tebing untuk menset-up riging highline. Lokasinya berada di depan tebing kuda laut/blok F. Kami memakai webbing satu inci lawas dari Mountain Equipment milik Arka, Slacker Jogja.

Skema Rigging highline Freeslack Crew di Jalur Jejak Petualang. Oleh Sadham Aulia Rahman.

Pengaman yang kami untuk highline berupa harness, 2 cowstail memakai potongan kernmantle, dan 2 autolock carabiner yang dipasang pada cowstail.

Tidak semua anggota freeslack Crew mencoba highline, hanya beberapa saja. Pertama Dimas, ini highline pertamanya dan dia gagal menyeberang. Dilanjutkan saya (Sadham-red), saya mencoba tiga kali percobaan, tetapi hanya berhasil 2kali. Lalu Yoga yang juga pertama untuk kalinya mencoba highline, dia onsight namun gagal untuk kedua kalinya. Lalu Basuni yang mungkin patut diberi gelar jatuh terbanyak hari itu. Hahaha.
Sadham di Jalur Jejak Petualang.

Yap. Freeslack Crew on action.

Ada beberapa kendala saat highline antara lain kondisi angin yang cukup kencang, serta kernmantle dan line utama tidak diplester. Ketika angin kencang kernmantle ikut goyang yang mengganggu konsentrasi dan tidak fokus saat menyeberang. 

Highline berakhir pukul 4 Sore. Kami turun ke pantai kemudian untuk melanjutkan trickline, pengunjung Pantai Siung yang datangtampak antusias, ada beberapa di antara mereka yang mencoba. Selain itu, beberapa pemanjat dari FPTI Tegal dan FPTI Solo juga penasaran dan ikut mencoba slackline.
Tricklining day #2.
  
Kami bertemu dengan Pak Robert, pengurus FPTI Jogja. Beliau memperhatikan saat kita bermain trickline maupun highline. Saat mengobrol, beliau mengutarakan ketertarikannya dengan slackline dan mempunyai wacana memasukan slackline ketika acara gathering climbing yang akan datang. Semoga terlaksana.

6.       Oke. Adakah cerita lain di balik event itu?

Cerita lain saat di Pantai Siung yaitu rasa kecewa karena banyaknya pedagang yang kini menempati lokasi pinggir pantai. Salah satunya menempati lokasi di antara pohon yang biasa kami pakai untuk anchor trickline. Saat ngobrol dengan mbah Wasto, beliau menuturkan, pedagang-pedagang baru yang ada di pinggir pantai ini sangat mengganggu. Mengganggu para pengunjung yang camping di pantai, juga mengurangi kesan alami Pantai Siung.  Ditambah pedagang tersebut mengurangi omset warung-warung yang sebelumnya sudah ada. Kata Mbah Wasto : Mateni warung-warung sing wes ono iki!.

Mbah Wasto meminta tolong kepada para pengunjung, khususnya mapala atau pegiat panjat tebing yang sering datang ke Pantai Siung untuk mengusulkan kepada Pemda DIY agar menertibkan para pedagang tersebut.



Dokumentasi video :




Video lain ada di sini dan di sini.
 
***

Aku pribadi yang cukup sering datang ke Pantai Siung tak datang membayangkan kalau pantai itu menjadi crowded. Selama ini, siung selalu menjadi tempat yang sempurna untuk melarikan diri dari peradaban dan rutinitas. Sangat disayangkan kalau Pantai Siung sudah tidak asli lagi keadaannya. Tidak sabar untuk kembali ke Pantai itu. Dan tidak sabar lagi untuk kembali bertemu dan bermain tali dengan Freeslack Crew. Yeaaahhh!














Leave a Reply